Lihat ke Halaman Asli

Upaya Provokator Sudutkan Kinerja Kepolisian Melalui Media Sosial

Diperbarui: 28 Oktober 2017   13:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

screenshot pribadi

Bila dulu perang dilakukan melalui senjata api, saat ini medium perang itu telah meluas. Bisa jadi perang tidak melulu soal senjata, tetapi juga soal informasi. Perang dengan informasi ini yang sedang marak terjadi di media sosial kita.

Target utama dari perang informasi ini adalah untuk merebut opini publik. Banjirnya informasi digunakan untuk menggiring opini publik atas sesuatu, kemudian diatur sedemikian rupa agar bisa menjadi keyakinannya, dan dengan itu Ia dengan sukarela akan melakukannya.

Oleh karena itu, informasi hoax menyebar dengan sangat massif saat ini. Tujuannya adalah membentuk opini publik itu, sehingga orang yakin atas informasi tersebut dan mau melakukan sesuatu atas informasi tersebut.

Seperti apa yang dikatakan oleh Menteri Propaganda Nazi, Josspeh Goebbbels, yang menyatakan bahwa kebohongan yang diulang-ulang secara terus menerus, akan menjadi sebuah fakta di benak manusia.

Berbagai isu negatif dan cenderung tidak benar itu banyak menyerang pemerintah saat ini, tak terkecuali institusi Polri. Sebagian besar tuduhan ke pihak kepolisian itu terkait dengan isu  tebang pilih dalam melayani masyarakat.

Misalnya, yang dilontarkan oleh akun twitter @salsafiaabi dan @GajahMada210801. Keduanya adalah akun bodong atau palsu, namun terus menerus menyebarkan konten berita yang menyudutkan pemerintahan Jokowi, termasuk institusi kepolisian, dengan informasi hoax dan tidak sesuai faktanya.

Misalnya, ia menuduh pihak kepolisian melakukan aksi tebang pilih untuk kasus Habib Rizieq Shihab terkait chat mesumnya. Dikesankan pihak polisi sangat serius mengusut tuntas kasus HRZ, tapi abai terhadap kasus serupa yang lain. Itu menunjukan sikap tidak netral polisi. Namun, harus diakui itu hanya penilaian subyektif akun-akun tersebut saja. Bukan dilakukan dengan pengukuran yang detail dan terukur.

Padahal komitmen Polri hingga saat ini adalah melindungi, mengayomi dan melayani semua kalangan masyarakat. Tak terkecuali dan tidak tebang pilih. Sehingga munculnya opini miring yang ditujukan terhadap kinerja Polri yang dianggap tebang pilih dalam melayani masyarakat hanyalah pemahaman yang dibentuk oleh pihak tertentu yang memang dari awal sudah bersentimen negatif kepada institusi Polri.

Dengan begitu, kita harusnya dapat membaca informasi di media sosial dengan lebih kritis. Kita tidak perlu terpancing terhadap penggiringan opini oleh akun-akun provokatif di media sosial yang ingin membenturkan institusi Polri dengan masyarakat seperti di atas.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline