Lihat ke Halaman Asli

Keniscayaan

Diperbarui: 24 Juni 2015   17:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Indonesia, suatu Negara tempat saya dilahirkan, besar dan tua.

Tahun 2013, setelah saya mengisi kehidupan lebih dari enam puluh tahun, saya merasakan ada sesuatu yang janggal mengenai hidup di-negeri ini. Bagaimana tidak janggal, bila lahirnya suatu ilmu pengetahuan baru, dianggap angin lalu, lahirnya sesuatu yang dapat merubah dunia dianggap lucu, invensi dianggap hantu. Invensi adalah sesuatu yang harus ditunggu kemunculannya, bila telah muncul harus disikapi dengan lebih arif dan seksama dalam menilai. Invensi tidak boleh diadu, invensi bukan inovasi, invensi harus didengar dan dibuktikan, karena mereka adalah benda nyata yang dapat berbicara sendiri dan memberi bukti kebenaran maupun kesalahan dirinya. Tipu namanya bila tidak mampu bicara, sebagaimana ocehan air jadi BBM, tidak kurang dari presiden yang memberangkatkan didampingi para mentri. Air tidak akan pernah mampu berbicara jadi BBM pada mesin konvensional. Ketidak seksamaan menilai inilah kata kuncinya, dengan kata lain emosional bukan pemain.

Inventor bukan koruptor, korupsi adalah kelakuan, sementara invensi adalah Hidayah. Hadiah dari Tuhan Yang Maha Esa kepada umatnya yang ditunjuk untuk kemaslahatan umat lainnya. Tidak memandang perbedaan suku, bangsa, Negara dan agama. Suatu ilmu pengetahuan memungkinkan merombak, mendobrak dan melintasi batas kemapanan aturan yang ada dan telah dibuat sebelumnya. Tidak ada niat dari seorang inventor untuk ngacak-ngacak aturan dari kemapanan yang telah ada, bahkan keadaan dan kebutuhan-lah yang akan mengikuti suatu invensi, misal beralihnya mesin tik manual pada komputer. Invensi dulu, baru pemakaian, perubahan dan aturan.

Bila tidak dimulai, apakah kemapanan, penguasaan dan kemajuan dapat kita raih ?. Kata kuncinya adalah "kepedulian', peduli dulu baru kerja keras dan lama-lama akan mengerti juga, tapi kapan kita akan mulai ?.

Kita mundur ke tahun 1997, ketika saya menemukan suatu dalil: "Kehidupan yang dapat muncul dari benda yang tidak hidup". Dari dalil ini muncul rumus sederhana, sebagai berikut:

A x Ag = X,(y,z)
Hasil X dapat terus ke Y bahkan Z
(Sementara begitu dulu, karena Penjelasan detail tidak dibenarkan dibaca orang awam).

Dari rumus yang sangat sederhana tersebut, diluar dugaan muncul suatu bahan baku baru untuk pengobatan yang disebut Abiscil. Bekerja cukup luas, aman dan agresif, untuk menanggulangi penyakit-penyakit kardiovaskular, peradangan/pembengkakan dan pelemasan otot. Jangan sebut efek plasebo, karena bukan terjadi pada satu orang saja, melainkan pada banyak orang yang telah ikut berpartisipasi dalam pengujian.

Dengan kejadian ini, apakah kita akan menutup mata terus ?. Kapan lagi kita akan berkiprah di-dunia penelitian langka ini ?. Di-luar sana dunia penelitian obat ini sedang mengalami masa-masa sulit bahkan cenderung stagnan. Kita disini apakah dengan kabar baik ini tidak terbersit untuk "MULAI" ?. Tidak semata-mata kepentingan bisnis, lebih dari itu yang akan kita dapatkan: Harkat dan Martabat Bangsa, yang sampai dengan saat ini tidak pernah diperhitungkan.

Keniscayaan ini bukan rekayasa manusia, melainkan rekayasa dan kehendak Allah, Tuhan Yang Maha Esa untuk kepentingan kita semua. Keniscayaan, buktikan. Selanjutnya apa ?.

Terima kasih dan Salam.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline