Lihat ke Halaman Asli

Kontes Jin Internasional

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

JIN

Alkisah di sebuah tempat pertemuan yang bertaraf internasional yang cukup representatif, diadakanlah Kontes Jin Internasional. Yang diperlombakan dalam kontes ini adalah kekuatan sihir para jin yang berasal dari berbagai negara di dunia. Singkat cerita, dari kontes tersebut, tinggallah 3 ekor (ekor apa orang ya?...:) ) jin yang masuk ke babak final. Dan di atas pentas mereka diminta untuk memperagakan kemampuan sihir masing-masing yang terhebat, berhubung mereka sudah mencapai babak final. Kontestan final pertama adalah Jin dari Timur Tengah. Begitu dapat giliran, dia mengerahkan segenap kemampuannya untuk menghilangkan piramida terbesar di Mesir sekaligus di dunia. Dalam sekejap ...Wussh... hilanglah piramida dari tengah-tengah padang pasir di mana sebelumnya piramida tersebut berada. (Wuaah...kalau Firaun masih hidup, akan menangis meraung-raunglah dia.) Kontestan kedua adalah Jin dari Jepang. Kali ini jin ini menunjukkan kekuatan sihirnya dengan menghilangkan Gunung Fuji dari tanah Jepang....Wussh...haiik....dalam hitungan kurang dari 1 detik, gunung yang menjadi ikon negeri matahari terbit itu pun lenyap dari pandangan mata. Kontestan ketiga adalah Jin dari Jawa (saya sebut dari Jawa bukan Indonesia karena identitasnya lebih men-Jawa dibanding meng-Indonesia, lengkap dengan blangkon, surjan dan kain), jin yang wajahnya cukup akrab dengan kita. Giliran dia...apa yang dilakukannya? Ternyata dia hanya menaruh tumpukan kertas-kertas dan map di depannya, kira-kira setinggi badannya. Lalu wussssh....juga. Langsung hilang tumpukan itu! Lho, ngapain dia? Kedua jin kontestan lain dan juga dewan juri jin yang berasal dari beberapa negara kuat dalam hal per-jin-an merasa heran. Apanya yang istimewa dari si Jin Jawa? Cuma tumpukan kertas-kertas dan map yang dihilangkannya? Semua jin juga bisa melakukannya, pikir mereka. Ternyata eh ternyata, yang dihilangkannya adalah, jelas si Jin Jawa, ...kasus korupsi di Indonesia selama bertahun-tahun! Kasus korupsi yang berkas-berkas penanganan hukumnya sudah menumpuk amat banyak. "Horeee..., Cihuiii...!", bersorak para penonton supporter Jin Jawa yang berasal dari Indonesia. Sebagian besar berpenampilan seperti pejabat, dengan berbaju safari dan jas. Salah satunya, bertampang amat mirip dengan Gayus, dengan rambut wig yang dikenakan sama seperti Gayus saat kabur ke luar negeri. Mereka bersorak-sorai dan bersalam-salaman satu sama lain merayakan kehebatan jin andalan mereka, yang tidak bisa ditandingi oleh jin-jin lain. Sekaligus merayakan kemenangan mereka, para pejabat yang tersangkut kasus korupsi, karena berkas kasus korupsi mereka yang sudah berada di tangan para penegak hukum dilenyapkan begitu saja oleh si Jin. Artinya mereka bakal bebas, melenggang kangkung dengan nyaman bergaul di masyarakat, menikmati kekayaan menggunung yang sudah mereka kumpulkan dari korupsi yang dilakukan. Kedua jin lain, Jin Timur Tengah dan Jin Jepang pun terperangah, takjub akan kehebatan Jin Jawa. Mereka merasa bahwa diri mereka, dan jin-jin lain, tidak bisa melakukan hal spektakuler yang dilakukan Jin Jawa. Sampai-sampai keduanya menyembah-nyembah si Jin Jawa, tanda takluk dan mengakui bahwa level mereka jauh berada di bawah level Jin Jawa.. Akhirnya Jin Jawa dari Indonesia itu dinyatakan oleh Dewan Juri Jin sebagai pemenang, sekaligus jin terhebat di dunia. Demikian kira-kira isi cerita dari sebuah iklan baru yang tayang, dari sekian banyak iklan yang berseliweran di layar televisi. Iklan yang perlu kita simak ini adalah iklan produk rokok (sayang ya...kenapa harus produk rokok?) Djarum 76 versi Kontes Jin. Iklan ini merupakan salah satu dari iklan-iklan kreatif yang ditampilkan oleh produsen rokok Djarum 76, setelah sebelumnya tayang versi "Wani Piro" yang berkait pula dengan perilaku korupsi dari aparat pemerintah dan juga masyarakat Indonesia, sampai-sampai jin pun berani untuk korupsi terhadap tuannya. Sebenarnya, banyak iklan dari produsen rokok lain yang juga bisa dinilai kreatif. Karena memang iklan rokok dibatasi oleh ketentuan tidak boleh menampilkan produknya secara langsung, produsen rokok berlomba-lomba membuat iklan kreatif dengan mengusung tema tertentu dan mempopulerkan tagline masing-masing. Contoh tagline dari iklan-iklan sejenis ini adalah "Yang Penting Heppiii..." dari produsen Djarum 76, tagline "Nggak Ada Loe Nggak Rame", juga "Buktikan Merahmu", atau pula "Arti Sebuah Kesuksesan", yang beberapa di antaranya merupakan upaya pembentukan citra dari pengguna produk ini (perokok), serta makin mempopulerkan merek rokok yang dijual. Nilai plus dari iklan Djarum 76 ini adalah aktualitas, kelucuan dan keberaniannya dalam mengusung tema yang bernada menyindir perilaku korupsi dan menyentil kuping para koruptor yang memang sudah bebal saking sudah tidak merasa salah sama sekali dengan tindakan mereka. Korupsi yang teramat sangat sulit untuk dibersihkan dari kebiasaan aparat dan masyarakat kita kebanyakan. Para penegak hukum yang juga sebagian korup, turut mempersulit penegakan hukum dalam membasmi korupsi ini. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai ujung tombak pemberantasan korupsi di Indonesia, seolah-olah berjalan sendiri tanpa didukung lembaga-lembaga berwenang lain. Banyak pihak yang ternyata tidak senang dengan sepak terjang KPK! Iklan ini seakan-akan menunjukkan bahwa korupsi di Indonesia benar-benar sudah menjadi penyakit kronis, yang sangat sulit disembuhkan. Kebiasaan yang sudah membudaya, sudah mendarah daging. Sampai-sampai jin pun mendukung perilaku korupsi tersebut, dengan menghilangkan berkas-berkas kasus korupsi yang tengah diproses secara hukum oleh aparat berwenang. Faktanya tidak jauh dari itu. Kasus korupsi yang sudah ditangani secara hukum, banyak yang berujung dengan keputusan pembebasan para tersangka di pengadilan. Banyak kasus korupsi yang menguap begitu saja, atau dipetieskan. Jika ada satu anggota sebuah institusi menjadi tersangka kasus korupsi, teman-temannya malah melindunginya, sehingga akhirnya lolos dari jeratan hukum. Kalaupun ada pelaku korupsi yang sampai dihukum penjara, hukumannya terlalu ringan. Tidak sebanding dengan kerugian negara, dan kemiskinan masyarakat Indonesia yang ditimbulkannnya. Wusssh...hilang kasusnya. Tersangka bebas! Meski iklan ini hanyalah sebuah lelucon, tidak berarti apa-apa, tidak ada pengaruhnya terhadap perilaku para koruptor, dan juga tidak membantu aparat penegak hukum dalam membasmi korupsi, tetaplah kita perlu mengacungkan jempol terhadap pembuat ide, tim kreatif dan agensi dari iklan komersial ini. Sindiran cerita iklan ini sangat mengena kita, kita yang selama ini terbiasa dengan korupsi, baik pelaku aktif, pelaku pasif, atau pun penonton yang diam saja. Bangkit dari sikap apatis yang sudah mendera sebagian dari kita, seakan-akan tidak yakin korupsi akan hilang dari bumi Indonesia, harus kita lakukan.Kita semua, mulai dari diri sendiri dan keluarga, mulai dari hal-hal kecil, mulai dari sekarang, harus memulai pemberantasan korupsi ini. Ayo kita lawan korupsi! Jangan hanya menertawakan atau cuma nyengir saat iklan kreatif bertema korupsi ini muncul. Bravo Djarum!... Kapan wajah yang ditampilkan lebih "pejabat", bukan hanya wajah Gayus yang sebenarnya terhitung pegawai rendahan? Mungkinkah wajah seseorang setingkat menteri? Mungkinkah wajah seseorang setingkat gubernur? Mungkinkah wajah seseorang setingkat anggota DPR yang terhormat? Berani? Salam, http://www.ceppi-prihadi.com *Senang mengamati iklan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline