Dunia telah dilanda wabah virus yang sangat berbahaya yaitu virus covid--19. Pandemi covid-19 tersebut telah menimbulkan permasalahan yang cukup besar bagi kesehatan masyarakat dan ekonomi di seluruh dunia (Yoshikawa dkk., 2020). diantaranya memiliki pengaruh yang signifikan bagi para pekerja yang hilang perkerjaanya (Petts dkk., 2020). Selain itu wabah pandemi covid 19 juga telah menjadi sebuah tantangan baru bagi para orang tua dalam menjaga buah hatinya agar tidak terpapar virus tersebut (Apriloka & Suyadi, 2020). Lebih lanjut menurut Moore, dkk., (2020) Covid 19 berdampak buruk pada kemampuan gerakan anak dan prilaku bermain anak.
Menurut O'Keeffe & McNally (2021) Penutupan sekolah karena pandemi COVID-19 telah mengganggu pendidikan 91% siswa di seluruh dunia. Di indonesia sendiri kebijakan penutupan sekolah pada masa pembatasan sosial berkala besar (PSBB) diberlakukan pemerintah pada 16 Maret 2020 dan berdampak pada pemberhentian pembelajaran tatap muka di sekolah semua kegiatan harus dilakukan dirumah (Jasmidalis, dkk., 2020).
Kegiatan belajar anak usia dini selalu di integrasikan melalui kegiatan bermain. Sebab dengan bermain dapat melatih aspek-apek perkembangan anak seperti kemampuan Motorik, Kognitif, afektif, sosial, dan bahasa (Fadillah, 2019). Lebih lanjut menurut Bratton dkk. (2005) Bermain juga memiliki efek yang cukup besar dalam menintervensi terapi kesehatan mental anak. Bermain merupakan serangkaian kegiatan atau aktivitas yang menyenangkan bagi anak (Sudono, 2000; Chugani, 2013; Usman, 2015).
Selain itu menurut O'Keeffe & McNally (2021) sebagai proses penting dalam mendukung ketahanan anak-anak, bermain semakin diakui sebagai strategi pedagogis yang berharga dalam lanskap pendidikan yang terus berubah selama pandemi. Oleh karena itu metode bermain dirasa sangat efektif untuk diterapkan di masa pandemi ini dalam membantu tugas perkembangan anak.
Alih-alih bermain merupakan sebuah alternatif yang baik di masa pandemi covid 19 ini.terkait implementasi ternyata masih sangat sulit diterapkan dilungkungan keluarga karena ada sebuah kebijakan PSBB yang mengharuskan anak ada di rumah. Hal ini sejalan dengan hasil riset Rohayati (2020) selama pandemi covid-19 orang tua cenderung memberikan gadget kepada anak jika anak merasa bosan. Alhasil aspek perkembangan anak tidak dapat teroptimalkan dengan baik seperti kemampuan fisik monorik dan sosial anak.
Kurangnya pemahaman orang tua terkait fungsi bermain dan orang tua memiliki kesibukan dalam bekerja menjadi sebuah masalah yang cukup besar pada isu bermain anak (khadijah, 2020). Hal ini sejalan dengan pendapat Sari dkk, (2020) ibu selalu merasakan lelah karena harus menjalankan pekerjaan lain selain mengurus anak. Maka dari itu perlunya kesiapan orang tua untuk dapat bermain dengan anak di masa pandemi covid 19 inidan mengetahui fungsi dari bermain itu sendiri.
Menurut Kurniati dkk, (2020) peran orang tua dalam mendampingi anak di masa pandemi covid 19 ini diantaranya yaitu bermain bersama anak. Keterlibatan orang tua dalam dunia bermain anak sangat bermanfaat bagi perkembangan anak yang berkelanjutan. Sebab bermain dengan anak-anak membangun dan memperkuat ikatan yang cukup kuat (Anderson & Bailey 2010).
Lebih lanjut menurut Jasmidalis dkk, (2020) Para ibu harus bekerja sekaligus mengajar dan menemani anaknya bermain selama dirumah dan berfungsi ganda menjadi ibu guru bagi anaknya dirumah. Akan tetapi menurut Petts, dkk, (2020) perlunya ada pembagian yang berkesinambungan antara peran ayah dan peran ibu dalam pemberian pengasuhan anak. Selain itu menurut Rahayati (2020) orang tua harus bisa menciptakan lingkungan bermain yang aman, nyaman, harmonis dan kasih sayang dalam keluarga untuk mempererat emosional orang tua dengan anak, terlebih lagi selama masa pandemi covid-19 yang mengharuskan anak dan orang tua harus terus menerus berada di rumah.
Selain itu Pemegang kebijakan dalam pendidikan anak usia dini memiliki sebuah tantangan baru dalam merumuskan sebuah kebijakan di era pandemi ini. Hal ini sejalan dengan pendapat Fogarty (2020) perlunya sinkronisasi yang berkesinambungan antara pemerintah pusat dan daerah, serta dari orang tua, pemerintah harus dapat merangkul semua elemen yang terlibat dalam pendidikan anak usia dini dalam mendukung program PAUD di era pandemi.
Lebih lanjut Praktisi paud dan orang tua di harapkan dapat menata ulang permainan untuk dimainkan anak di masa pandemi ini dan mempertimbangan manfaat bermain bagi perkembangan anak, seperti perkembangan fisik, emosional, sosial dan kognitif (Lake, 2020). Selain itu orang tua harus dapat terlibat pada aktivitas bermain anak untuk dapat mencegas stres pada anak seperti mendesain permainan yang memiliki kegembiraan, pembelajaran dan kasih sayang (Lake, 2020).
Berdasarkan uraian isu bermain diatas saya dapat merekomendasikan perlunya sebuah kerjasama yang berkesinambungan antara pemerintah, guru dan orang tua dalam memfasilitasi permaianan bagi anak di era pandemi covid 19. Selain itu pihak elemen terkait harus dapat merefleksikan terkait mendesain permainan bagi anak yang aman, menyenangkan dan dapat menstimulus semua aspk perkembangan anak. Hal ini sejalalan dengan pendapat Khadijah (2020) perlunya membangun pola kerja sama yang baik antara guru dan orang tua seperti pemahaman orang tua terkait fungsi bermain yang merupakan bagian belajar dari anak dan juga guru serta orang tua harus dapat menambah wawasan terkait ragam referensi permainan untuk yang aman dan menyenangkan AUD.