Kenangan masa lalu bisa saja muncul melalui beragam cara, diantaranya melalui album foto, mendatangi tempat-tempat istimewa yang pernah dikunjungi atau melalui makanan. Belakangan saya mengalami dua kali memori masa kecil terkuat saat menyantap makanan.
Pertama saat makan bubur ayam di Pasar Modern, Tangerang Selatan. Dan kedua, saat menikmati Pecak Pak Sastra BSD akhir pekan lalu. Sekitar pukul 13.30 WIB saya mampir ke tempat makan Pak Sastra BSD yang letaknya persis sebarang jembatan Jalan Kencana Lokal, Blok B9, Rawa Buntu, Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan.
Rumah makan sederhana ini persis di sebelah sekolah Cikal Harapan ini mengingatkan kenangan saya sekolah SMP di Kampung. Tempat ini sering saya lewati, terutama saat gowes rutin akhir pekan. Biasanya rute gowes dengan sepeda gunung (MTB) ke Danau Cisawang, Gunung Sindur Kabupaten Bogor pasti melintas kedai Pak Sastra BSD.
Tapi kala itu, sama sekali tidak memperhatikan keberadaan kedai sederhana dengan akses tuggal jembatan besi berwarna kuning. Suasana warung adem dengan beragam pohon berbaris hampir menutupi sebagian wajah warung tersebut.
Pertanyaannya apa yang membuat saya mampir ke warung Pak Sastra BSD? Salah seorang YouTuber terkenal yang konsisten mengangkat konten makanan pinggir jalan yang menggiring saya mampir ke warung itu. Review YouTuber itu sangat menggugah naluri hingga ingin mencicipi kuliner Pak Sastra.
Singkat cerita, malam hari saya dan istri bersepakat menyusun jadwal makan siang ke warung Pak Sastra BSD. Kebetulan, keberadaan warung Pak Sastra BSD bisa ditempuh dengan durasi kurang setengah jam perjalan dari rumah menggunakan kendaraan.
Pecak Ikan jadi menu utama. Olahan pecak ikan dan sambel dadaknya juara banget. Pecak ikan itu terdiri dari ikan goreng kering yang disajikan dengan kuah bertabur irisan jahe secara terpisah. Namun cara menyantap pecak ada dua gaya, yakni menikmati daging ikan dan kuah secara terpisah, atau disatukan.
Saya memilih menikmati dengan cara terakhir dengan menyiramkan kuah pecak ke tubuh ikan goreng kering. Ehmm, luar biasa. Daging ikan yang empuk dan gurih ditambah seruput kuah pecak membuat pecah di mulut. Proses masak ikan ini menggunakan kayu bakar.
Di tambah air putih hangat aroma bakar yang mampu menerbangkan alam pikiran jauh ke masa sekolah SMP di Sukabumi, Jawa Barat 15 tahun lalu. Gila banget. Aroma bakar terasa begitu kuat terhirup menghadirkan kenangan masa lalu saat saya minum air hangat dari dapur nenek yang dimasak menggunakan kayu bakar.