Lihat ke Halaman Asli

Winni Soewarno

Orang biasa yang sedang belajar menulis

Cucurak Ala Vlomaya: Silaturahmi dan Kebersamaan

Diperbarui: 30 Mei 2022   06:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari raya Idul Fitri sudah lewat beberapa minggu. Serunya, undangan untuk bertemu -- halal bihalal -- masih terus berdatangan. Bisa jadi karena sudah ada lampu hijau dari Pemerintah memperlonggar aturan berkegiatan masyarakat. Sangat menyenangkan bisa bertemu keluarga, sahabat dan kawan secara langsung lagi.

Sabtu siang kemarin, teman-teman komunitas Vlomaya (Vlogger Kompasiana Pemerhati Budaya) mengadakan kumpul-kumpul. Bisa dibilang acara ini gabungan dari silaturahmi, halal bihalal, bertukar ide dan membicarakan rencana yang akan datang. Tujuan membangun kebersamaan dan saling kenal. Menjadi ajang kopdar -- kopi darat alias bertemunya anggota komunitas dengan santai dan kekeluargaan.

Berbeda dengan acara serupa yang pernah dihadiri, aku agak kaget saat tiba. Aku yang saat itu agak terlambat karena lalulintas tol Jagorawi yang padat, rupanya membuat semua yang sudah hadir menunda acara makan siangnya. Baru kaki menapak turun dari kendaraan, aku disambut godaan-godaan yang akrab. Jadi merasa bersalah juga karena masakan yang aku bawa ditunggu untuk melengkapi menu makan siang. Masakan ini pernah aku bagikan dalam tulisanku dan membuat penasaran seperti apa enaknya. (lihat https://www.kompasiana.com/ cempakaputih3815/627a7e7f7901690ec37b1682/when-i-m-fall-in-love-with).

Sumber: Koleksi Istimewa

Kumpul-kumpul ini bersifat santai dan kekeluargaan. Disitu, mayoritas yang datang belum saling pernah berumpa wajah. Kenal nama dan tulisan saja. Anehnya, guyon dan candaan yang meningkahi obrolan mengalir seru. Baru pertama bertemu, keseruan sudah terasa. Rasanya seperti bertemu kenalan lama. Bisa saling menggoda dan tertawa-tawa. Jika tak tahu, tak akan menyangka jika baru saat itu berjumpa. Obrolan mengalir lancar yang nampak ringan tapi 'berisi.'

Mengambil tempat di sekretariat sekaligus rumah pendiri Vlomaya di rumah Bogor, maka kumpul-kumpul ini kami sebut dengan cucurak. Mendengar kata cucurak sendiri, pastilah dikaitkan dengan Bogor.  Cucurak adalah tradisi yang dikenal masyarakat Sunda di Kabupaten Bogor dan Kota Bogor. Biasanya cucurak menjadi bagian dalam menyambut bulan Ramadhan. Dalam bahasa Sunda dialek Bogor cucurak - curak-curak berarti bersenang-senang. Bersenang-senang berkumpul denagan keluarga, sahabat dan kawan yang disertai dengan acara menikmati makanan. Dalam tradisinya, makanan yang akan disantap bersama disajikan menggunakan alas daun pisang yang berisi nasi dan lauk-pauknya. Lauk pauk yang menemani nasinyapun lama kelamaan berkembang sesuai selera.

Bermodel botram atau potluck, masing-masing yang hadir dipersilahkan membawa makanan yang menjadi andalan dari rumah jika mau. Bisa dibayangkan ragam makanan yang ada. Ada siomay dan serabi kinca -- lengkap dengan kuahnya yang pas sebagai makanan pembuka. Bagi yang suka, asinan sayurpun sudah menunggu.

Menu utama nasi putih yang hangat ditemani ayam berbumbu -- aku tak tahu namanya -- tapi enak sekali dilidahku. Ditambah ikan peda pelangi  - masakan dari ikan peda yang dicampur dengan sisiran jagung yang dipetik dari kebun sendiri. Tak ketinggalan kancing lepis alias jengkol semur pedas yang sudah dimodifikasimenjadi tidak manis seperti kebanyakan semur, menjadi menu yang ditunggu. Dilengkapi dengan pangsit goreng teman makan yang makin seru dengan bunyi keriuknya. Sambal jeruk Nagami melengkapi sajiannya. Uniknya, bumbu-bumbu dari berbagai hidangan ini dipetik dari kebun sendiri. Bayangkan sedapnya....hmm. Sedikit berbeda dari cucurak aslinya, tentu saja menu-menu itu tidak disajikan menggunakan alas daun pisang.

cucurak-2-6293fadcce96e5383b07a6a3.png

Sumber: Koleksi Istimewa

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline