Suatu saat saya duduk di kantin kampus sambil membaca buku. Kantin itu berada di dalam bangunan kampus Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Kantin itu terbilang ramai karena tempatnya yang nyaman dan makanannya yang tidak terlalu mahal.
Ketika asyik membaca, seseorang yang tidak asing wajahnya datang mendekat. Ia menaruh tasnya di sebelah saya. Ia memilih duduk di depan saya. Saat itu memang hanya satu kursi persis di depan saya yang tersisa.
Setelah melepas pandangan dari buku, saya baru sadar bahwa beliau adalah dosen psikologi. Beliau masih muda, wajahnya bercahaya, dan terlihat sangat cerdas.
Menurut teman-teman saya, jika memberi nilai, beliau terbilang sangat pelit. Saya mengetahui itu dari teman-teman seangkatan. Beliau memang tidak pernah mengajar saya di kelas. Jadi saya ingin mengetahui apa benar yang dikatakan teman-teman.
Hari itu kebetulan sedang tidak ada perkuliahan, jadi saya punya banyak waktu bercakap-cakap dengan beliau. Waktu berjalan dan kantin sudah tidak terlalu ramai lagi. Pembicaraan kami terus mengalir. Di mulai dari topik tentang skripsi hingga keinginan saya menjadi seorang psikolog kelak.
Melihat besarnya keinginan saya itu, beliau kemudian menceritakan bagaimana pengalamannya ketika berprofesi menjadi seorang psikolog dan dosen lengkap dengan problematikanya.
Hingga akhirnya sampai pada sebuah pertanyaan yang saya utarakan kepadanya: apa yang membuatnya memilih untuk tetap menjadi dosen padahal banyak problem yang harus dihadapinya dan ada pula tawaran dari luar dengan gaji yang menggiurkan.
Dosen saya ini hanya tersenyum dan menjawab dengan tenang, "Saya di sini karena titah, karena kehendak Tuhan. Kalau Tuhan suruh saya di sini, saya bisa apa?"
Bertahun-tahun kemudian, saya baru menyadari bahwa setiap manusia yang lahir ke dunia memiliki suatu tugas yang dipercayakan kepadanya dari Tuhan Yang Maha Esa. Mungkin itu pula yang dosen saya sebut dengan istilah "titah". Titah ini adalah misi jiwa.
Misi jiwa adalah sebuah tugas yang direstui Tuhan dan didukung oleh semesta, dititahkan kepada seseorang untuk dilaksanakan di dunia. Tujuannya adalah untuk mencapai kesejahteraan bagi banyak orang, dilakukan berdasarkan kebaikan hati dan diterima sebagai berkat indah yang bisa dirasakan oleh seluruh makhluk di alam semesta.
Misi jiwa ini didasari oleh kecemerlangan pikiran, kebersihan hati, kemuliaan tindakan, serta terpenuhinya kepuasan hidup secara batiniah. Orang-orang yang menjalani misi jiwa ini akan melibatkan seluruh pikiran dan hatinya secara penuh.