Lihat ke Halaman Asli

Ini Cara Bersahabat dengan "Monkey Mind"

Diperbarui: 22 April 2018   17:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gelisah karena pikiran (pixabay.com)

Gelisah membuat lelah pikiran

Siapa sih yang mau hidup gelisah? Saya yakin tidak ada. Gelisah biasanya terjadi pada saat kepala kita penuh dengan pikiran. Kelebat-kelebat pikiran terus muncul sampai akhirnya benar-benar menjadi pikiran di dalam kepala kita. Takut, marah, sedih, adalah buah dari pikiran-pikiran itu. Selalu dalam bentuk negatif. Semua buruk. Walau pun kita tahu kenyataan tidak seburuk itu tetapi pikiran sudah terlanjur membenarkan. Menjadikannya realita di dalam kepala kita sendiri.

Sebagian orang mempunyai pikiran yang sangat aktif. Otaknya tidak bisa berhenti berpikir. Ada saja yang dipikirkannya. Yang dilihat, didengar, dirasa, atau dibayangkannya semua otomatis akan terpikir hingga akhirnya timbulah kegelisahan.

Biasanya orang-orang dengan tipe kepribadian introvert lebih sering mengalami hal ini karena cara berpikirnya memang sudah terbentuk secara genetika dari sananya. Ditambah dengan stimulus-stimulus dari luar yang menambah beban berpikirnya.

Terus menerus berpikir seperti itu bisa sangat melelahkan. Capek. Kita tidak bisa istirahat, tidak tenang, selalu gelisah. Saya termasuk salah satu tipe yang tidak bisa berhenti berpikir seperti ini. Mudah sekali terpikir tentang sesuatu. Dan saya merasakan semua yang saya tuliskan di atas.

Karenanya, saya banyak mencari-cari penjelasan tentang hal ini. Sampai akhirnya saya benar-benar me-manage pikiran saya.

Monkey Mind

Sumber: https://pixabay.com/id/primata-monyet-kera-3335070/

Ada istilah yang namanya monkey mind. Pikiran kita diibaratkan seperti seekor monyet yang tidak pernah mau diam. Terus meloncat ke sana ke mari dari satu dahan pikiran ke dahan pikiran lain. Kelebat-kelebatan pikiran terus memborbardir otak kita, meminta perhatian kita untuknya.

Sialnya, begitu kita kasih perhatian kita, dia malah meloncat lagi ke dahan yang lain. Terus begitu. Tidak pernah puas dengan perhatian yang kita berikan. Tidak mau diam sama sekali.

"Monyet pikiran" ini begitu hausnya akan perhatian. Dan seringkali, kalau tidak selalu, bertolak belakang satu sama lain.

Contoh sederhana, kalau Anda sedang menjalani diet, tiba-tiba ada tukang es krim lewat. "Monyet" ini mulai menggoda, "Ayo, beli saja," begitu katanya. Terus begitu sampai akhirnya Anda pun menyerah dan membelinya. "Toh, besok masih bisa diet lagi," begitu dalihnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline