Lihat ke Halaman Asli

Kang Galuh dan Pekerjaan Pertamanya

Diperbarui: 30 November 2017   17:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dimarahin boss (sumber: pixabay.com)

Kalau ngomong tentang pertama kali kerja, pasti menarik. Ada saja yang lucu-lucu kalau kita ingat-ingat sekarang. Tapi dulu, pas lagi ngejalaninnya, boro-boro! Yang ada kesel, senewen, marah, biarpun emang ada yang lucu-lucunya juga sih.

Dulu, pertama kali lulus kuliah, saya sempat menganggur 3 bulan sampai akhirnya saya diterima bekerja di sebuah pabrik perakitan mesin packing plastik, macam packing air mineral gelas, botol, ataupun galon. Pabriknya sendiri cuma pabrik kecil yang orang juga ngga ada yang kenal. Waktu itu ada dua orang yang diterima bekerja. Satu di bagian produksi, sudah berpengalaman, dan saya di bagian perencanaan produksi, baru lulus. Namanya baru lulus, kerjaan apapun saya terima biarpun saya tahu gaji saya waktu itu jauh dibawah standar orang-orang yang baru lulus. Mungkin cuma sekitar 50%-nya. Tapi yah, disyukuri saja.

Karena baru pertama kali kerja, saya ngga tahu mana pabrik yang bagus mana yang jelek. Yang saya tahu, kerja ya begitu. Kayak di tempat itu. Semua serba manual. Tidak ada satu pun system yang men-support. Oiya, tambahan lagi, saya lulusan teknik mesin. Bekerja sebagai Production Planning & Inventory Control (PPIC). Sedikit tidak nyambung. Tapi yah, lagi-lagi saya coba saja. Daripada ngga kerja.

Balik ke kerjaan, tugas saya waktu itu adalah membuat perencanaan produksi dan buka purchase order untuk barang-barang keperluan produksi. Nah, yang saya ingat waktu itu, direktur perusahaan ini ngga akur dengan Manager saya. Dia ngga percaya sama apa-apa yang dikerjakan beliau. Akhirnya ada keputusan nyeleneh dari si direktur ini kalau semua PO harus ada tanda tangan sayanya, hahaha... Jadilah saya anak bawang yang baru lulus harus ikut tanda tangan PO ratusan juta. Saya mah cuma ikut-ikutan tanda tangan saja. Ngga tahu apa konsekuensi dari tanda tangan itu. Tapi kalau cerita ke teman-teman yang lain, "Nih, saya tanda tangan PO ratusan juta. Kalau ngga ada tanda tangan saya, ngga bisa beli barang, hehehe..."

Sebagai anak yang baru lulus, saya ngga tahu gimana caranya kerja. Dan parahnya lagi, manager saya waktu itu tidak mau tahu. Dia mau terima jadi. Yang dia tahu saya harus bisa tanpa diajari. Ngga ada itu yang namanya training-training atau dibimbing. Pernah ada satu kasu saya ingat, waktu itu pernah saya kalkulasi kebutuhan material dari data stok dan order terakhir yang ada. Akhirnya dipesanlah sejumlah barang dengan nilai 130 juta lebih kalau tidak salah. Beberapa hari kemudian, pesanan itu datang. Dan masalah pun dimulai.

Saya dipanggil manager saya. Tanpa ampun dia marah-marah sama saya. Saya dimaki-maki. Saya dikatain (maaf) tembelek!!! Sialan. Hahaha.. Usut punya usut, ternyata order yang saya buka barusan sudah pernah di order sebelumnya! Dia bilang saya ngga teliti lah, apa lah, macam-macam. Segala mau dilaporin ke direktur! Bodo amat, pikir saya. Tapi saya penasaran, apa iya saya salah lihat. Pas saya cek, ternyata disitu sudah ada catatan order yang sudah dibuka. Hmm.. kemarin data ini tidak ada. Pas saya teliti lebih lanjut, dengan kemampuan detektif saya, saya yakin ini tulisan yang baru dibuat hari itu. Kemarin belum. Tapi ya gimana lagi. Terlanjur di cap jelek. Diam saja ah. Ngga peduli.

Hari-hari selanjutnya tidak menjadi lebih baik. Tekanan demi tekanan tidak berhenti. Malah tambah-tambah. Tiap hari diomelin, hehehe... Dipikir-pikir, gini amat nasib saya. Tapi waktu itu saya coba untuk bertahan. At least setahun lah, saya pikir. Sambil cari-cari pengalaman.

Ada juga pengalaman menarik waktu persediaan material untuk produksi hampir habis. Salah satu operatornya nanya ke saya, "Bos, gimana nih. Barang dah mau habis."

Saya tanya, "Kapan habisnya?"

"Paling juga hari ini habis. Gimana? Mau dihabisin ga?", tanyanya lagi.

"Hmmm.. jangan deh. Barangnya baru datang lusa. Pelan-pelan aja kerjanya, hehehe..", kata saya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline