Lihat ke Halaman Asli

Sajak yang Tenggelam

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

terinspirasi dari film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck

di luar sudah hujan
mengejutkan sunyi telak ke pangkuan kepala
pun merantau mereka yang duduk manis di pinggir rembulan
sembari merayakan leleh cahaya emas merebah di kolam
menggali pendar bayang remang tertinggal entah ditinggal
barangkali wajah teduh kekasih adalah pemasung yang pandai sembunyi dari terpelihara itu

kepada peristiwa yang tak mampu terbunuh
relakan saja sepasang sepatu pergi ke seberang muka pintu
biar lidah hujan memelihara basah sekujurnya
dan engkau semakin belajar pedih mencintai
di balik jendela, di dalam kamar, di hangat selimut bunga tulip ungu
yang sepakat barangkali selalu menyusahkan itu

duhai permataku,
mencintaimu sungguh tak kau menemu di peluk cium tahun-tahun suamimu
sebab ia hanya mencuri mesra dariku
mencuri merah matang ketakutan dari ragam melarat yang begitu kau alamatkan kepadaku

Hayati,
hujan ini masih senang berlalu
kupanjatkan semoga ia bukan berhulu dari matamu

Jakarta, 31 Desember 2013




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline