Apa jadinya bila usia kakak 12 tahun jaraknya di atas umurku?
Aku hormat seperti kepada orang tua. Benar saja, sejak ayah dan ibu berpulang, mereka sebagai pengganti orang tua. Ia seakan mengekang, apalagi setelah dirinya menikah tiada lagi ruang gerak bebas saat orang tua disampingku.
Segalanya dalam pantauan ke-2 kakakku itu. Aku tak dapat lagi menelpon langsung, bahkan bertemu. Jika mengirim teks, akan dibaca kakak ipar perempuan. Walau bukan privat sepertinya membatasi obrolan.
Bahasa adik - kakak sudah pasti beda. Bahasa rumahan yang hanya kita saja paham maksudnya.
Prosedur bertemu pun memakai protokol. Minggu siang kutelpon, alasan sang istri sedang istirahat, tak boleh diganggu. Petang kutelpon, sedang ngegym. Lalu kapan ku boleh menelpon kakakku?
Maksud iparku mungkin mengatur waktu, tapi ku merasa mereka tidak sesayang ayah dan ibuku. Namun ku tetap menghargai mereka sebagai sikap menghormati adik terhadap kakak. Itu yang diajarkan orang tua.
Mereka mungkin berharta, tapi bukan karena itu aku menghargainya. Mereka memang sibuk tapi masa sih aku gak bisa ngobrol barang semenit saja?
Seorang kakak pasti sayang adiknya karena aku juga mengasihi adik laki-lakiku si bungsu. Adikku terpaut 4 tahun denganku.
Keluarga besar kami baik-baik saja. Jika ada sesuatu yang merisaukan segera diselesaikan. Hanya kehadiran kakak ipar perempuan ini selalu menimbulkan keributan. Entah karena ia tak paham sejarah keluarga besar kami atau ingin selalu turut terlibat urusan keluarga.
Setelah semua memiliki pasangan dan menikah, berpencarlah satu sama lain. Kerinduan pun muncul, cerita kenangan tempo doeloe terbayang. Serunya mengenang masa kecil. Akhirnya keluarga besar sepakat berkumpul di satu resort.
Reuni keluarga yang terakhir kami adakan sekitar 8 tahun silam. Susah payah keluarga mengumpulkan 35 saudara dan kerabat.