Lihat ke Halaman Asli

Celesta Eka Pramudita

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga - 20107030143

Tak Tamat Sekolah, Bukan Manjadi Suatu Alasan

Diperbarui: 4 Juli 2021   22:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Berawal dari seorang yang tidak tamat sma dan berasal dari perkampungan di Padang, ia berhasil merintis usaha fotokopi dengan sukses. "Jaya Abadi adalah nama usaha kecil-kecilan yang saya rintis sejak 1995, awalnya usaha ini saya bangun untuk menyambung hidup di Yogyakarta," tutur Fairus, sosok pemilik UMKM. Usaha fotokopi yang berpusat di Kudus, Gatak, Tamantirto, Kec Kasihan Bantul, Yogyakata.

Bermula dari seorang anak rantau asal padang kelahiran 1973. Fairus yang tidak tamat sekolah ini memilih untuk merantau ke Bandung dengan penuh keyakinan dan tekat untuk menjadi orang sukses. Walaupun dia berasal dari perkampungan di daerah Padang, itu tak mengurunkan niat dia untuk menjadi suatu halangan menjadi orang sukses.

Tujuan Faiurus merantau ke Bandung, yaitu untuk membantu serta belajar dari usaha fotokopi yang dimiliki kakaknya. Pada tahun 1992, ia mulai berkerja dan membantu usaha fotokopi milik kakaknya.

Sambari bekerja di fotokopi yang dimiliki kakaknya, yang berada di Bandung. Fairus pun mempelajari bagaimana cara agar bisa membangun usaha serupa yang dimiliki kakaknya, setelah 3 tahun, Bapak Fairus dengan empat saudaranya memberanikan diri untuk merantau dari Bandung ke Yogyakarta pada tahun 1995. Dimana Yogyakarta merupakan kota yang memiliki julukan kota pelajar. Itu adalah salah satu peluang untuk mendirikan usaha fotokopi, yang pada saat itu belum banyak dimiliki.

dokpri

Dengan tabungan yang dia kumpulkan saat kerja di Bandung, Fairus dan empat saudaranya tiba di Yogyakarta. Mereka berkomitmen akan menjadi orang sukses lewat bisnis fotokopi, yang ia sudah dalami sejak di bandung. Kemudian mereka berpencar di berbagai daerah untuk merintis usaha fotokopi.

Fairus menjelaskan awal mula ia mendirikan usaha ini. "Saya hanya mempunyai modal 2 juta 500, yang sudah saya tabung saat membantu di fotokopi milik kakak saya, pada tahun 1995, pada saat itu Yogyakarta hampir bisa dibilang langka adanya usaha fotokopi," tutur Fairus.

Terus saya pun bertanya "bagaimana membuka usaha fotokopi dengan modal 2,5 juta, pada tahun 1995?". "Dengan modal sedikit yang saya miliki, saya membeli mesin fotokopi seharga 4 juta, itu pun diangsur dengan uang muka 500 ribu, 1,5 juta untuk mengkontrak di Karangkajen, terus sisanya untuk membeli peralatan dan menambah daya listrik menjadi 2200 watt, karena untuk mendirikan usaha fotokopi harus memiliki daya listrik minimal 2200 watt" tutur Fairus.

Lanjut Fairus "Menurut saya, ilmu dan pengalaman yang sudah saya dapatkan, saat membantu usaha kakak saya di Badung sudah cukup, akhirnya setelah berpikir panjang dengan penuh percaya diri, saya memberanikan memulai merintis usaha fotokopi, dengan tabungan sedikit yang saya miliki, lalu mengkontrak sebuah ruko kecil  pertama saya yang berada di daerah Karengkajen untuk mendirikan usaha fotokopi" ucap Fairus.

Ia pun menjawab ketika ditanyai tentang konsisten dalam membangun usaha."Jatuh bangun, saya pertaruhkan untuk mengembangkan usaha fotokopi yang sudah saya rintis, namun dengan kerja keras dan ketekunan serta penuh kesabaran, saya berhasil bertahan hingga 2021, dan memiliki Sembilan cabang fotokopi,"ujarnya

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline