Lihat ke Halaman Asli

Ia Mendua, Kamulah Si "Kedua"nya

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sehebathebatnya lakon seorang aktor/aktris, terhebat adalah mereka yang mampu mendua hatinya dan menjalaninya dalam waktu yang cukup lama.

Sesakitsakitnya kehilangan orang yang paling disayangi, tersakit adalah ketika kamu masih memilikinya namun kamu juga tahu ia juga masih dimilikinya.

Sepedihpedihnya luka yang kena air garam, terpedih adalah ketika berkumpul bersama temantemanmu, dan olokolokan tentang ia dan kekasihnya itu menjadi topik utama, -dan kamu berusaha ikut tertawa lepas bersama mereka-.

Seanehanehnya mahluk luar angkasa, teraneh adalah perasaanmu ketika mendapati smsnya meminta ijin keluar bersama kekasihnya, -lalu kamu terdiam dan berpikir sejenak, kamu sebenarnya siapa baginya?-

Sepanjangpanjangnya malam minggu menurut orang lain, malam terpanjang bagimu adalah ketika ia memilih melewatinya bersama yang lain, bukan denganmu, -malam apapun itu-. Kamu tak akan bisa memejamkan mata kalau sudah begitu.

Sebahagiabahagianya seorang atlet renang yang berhasil mengungguli lawannya, terbahagia adalah ketika kamu berhasil mencuri waktunya dari kekasihnya, -dan hari itu hanya akan menjadi milik kalian berdua-.

Sesedihsedihnya perasaanmu saat menonton film Korea, tersedih adalah saat dimana kalian berdua sedang duduk bersebelahan: sebelah tangannya sedang menggenggam tanganmu, namun sebelahnya lagi sedang membalas sms dari kekasihnya. Kasian.

Serumitrumitnya rumus kimia, terumit adalah ketika matanya memerah saat ia bercerita sedang tak akur dengan kekasihnya, dan kamu bingung harus memeluknya sambil berkata: “tenang, hubungan kalian akan baikbaik saja” atau “tinggalkan saja dia dan pilih aku”. Hatimu mengatakan keduanya.

Sepecundangpecundangnya seorang pecundang, lebih pecundang lagi kamu yang sedang berpurapura telah memenangkan hatinya, padahal kamu menyadari ini hanya masalah waktu hingga tiba saatnya kamu -mau tidak mau- harus mengaku kalah, dan mengembalikan ia pada kekasihnya.

***
Sekomplikasinya hatimu karena kisah ini, tapi kamu tetap menginginkan dirinya. Kenapa?

Sebaiknya segera periksakan hatimu ke dokter, sebelum terlampau jauh kisahmu hingga tak ada obat penawarnya meski engkau nanti telah bertapa hingga ke surga.

Cepat tobat ya.
Haha.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline