Lihat ke Halaman Asli

“Android Jelly Bean With Apple” Menu Maulid di China

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Merayakan Maulid Nabi di Indonesia tentunya sudah biasa, apa jadinya jika perayaan Maulid dilakukan diluar Negri, dengan biaya sendiri plus penduduknya yang notabene tidak memiliki kepercayaan beragama. Ya… seminggu lalu mahasiswa Indonesia yang berada di kampus Nanchang Provinsi Jingxi China merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW.

merujuk pada hasil sensus VI pada tahun 2010, Jumlah penduduk muslim di provinsi Jiangxi, sebanyak 8092 jiwa. Sedangkan menurut sumber lainya total jumlah pemeluk agama islam di China saat ini mencapai 120 juta jiwa. kebanyakan muslim berasal dari suku Hui, namun suku Han tetap lebih mendominasi. Muslim di China bermazhab Hanafi. mereka tidak merayakan Maulid Nabi.

Perayaan yang dilakukan oleh mahasiswa Indonesia di China sedikit berbeda dari Tanah Air tentunya. seperti di Aceh contohnya, hingga di gampong gampong pedalaman, masih kerap kita jumpai berbagai jenis manakan yang tersaji saat perayaan Maulid/maulod Nabi. Makanan-makanan yang tersaji seluruhnya hasil sumbangan warga yang ingin berpartipasi dalam Maulid.  Menu menu yang tersaji pun bervariasi

Lain rumah lain pula menu sajiannya, menu “bue kulah” (nasi yang dibungkus dengan daun pisang yang telah diasapkan) /bue minyeuk (nasi minyak)adalah salah satu menu wajib yang harus tersedia, ibarat nariet urueng gampong “tan bue kulah hana glah keu moelod” (tanpa nasi kulah, belum sah perayaan maulid). Tak hannya itu saja berbagai menu tambahan lainnya seperti bue puloet, pisang ayam, kari kambing.  serta telur rebus, telur sambal juga menjadi incaran menu makanan Maulid di Aceh.

Namun di China dalam serba keterbatasan, dinginya musim dingin, dan beasiswa yang belum dikucurkan, mahasiswa Indonesia yang berasal dari Aceh, Jawa tengah, dan Makasar itu, setiap malamnya setelah shalat Isya, berjamaah membacakan shalawat Barzanji. Bacaan shalawat berjanji digilir dari kamar-kekamar berjamaah selama 12 hari. Namun hanya kamar mahasiswa Indonesia saja yang dituju. Jumlah mahasiswa Indonesia di kampus Nanchang berjumlah 25 orang.

Setiap tuan rumah/pemilik kamar yang hanya berukuran 7x5 cm  itu wajib menjamu jamaah usai pembacaat shalawat Barzanji. Menu yang disediakan juga bervariasi dari malam kemalam dari kamar kekamar. Acara diawali shalat isya berjamaah lalu dilanjutkan dengan bacaan shalawat barzanji. Alhamdulillah satpam asrama dan mahasiswa asing dari berbagai Negara sangat toleran dengan kegiatan ini.

Tibalah dihari akhir bertepatan pada malam 12 rabiul awal. Adalah khataman shalawat barzanji. Seluruh mahasiswa Indonesia membawa menu makanan hasil karya sendiri untuk dikumpulkan dikamar tuan rumah yang telah ditunjuk. Benny Arif Hidayat asal semarang menjadi tuan rumah khataman. Menu-makanan yang disajikan sudah mungkin sangat familiar di Indonesia. Hanya nama makanan saja yang dikreasikan oleh empunya.  Seperti “Android Jelly Bean with Apple” (jelly agar-agar aple) olahan tangan, Nurul, Icha, dan Khalid dari Makasar. Lalu “Ayam Panggang Saras 808 dimadu bang Rhoni”,  (ayam panggang) sajian Ummi dan Intan dari Makasar, dan “AKC Ayam Kecap Cinta” (ayam goreng kecap) karya Huke dan Zema juga mahasiswi asal Makasar.

Tak mau kalah dari lainnya, mahasiswa asal Semarang yang dipimpin Nurwidyanto menamai makannya “Usus Ayam Cincang Jeroan, lemper Ayam kecebur apel, dan ikung ayam bokong gosong” sedangakan dari Aceh “ayam kremes, dan kentang goreng” olahan Neli mahasiswa jurusan s2 matematik. Seluruh makanan dikumpulkan lalu disantap bersama setelah acara usai.

Diakhir pembacaan Barzanji, najibullah, dan Khairuddin yang berasal dari Jawa Tengah membahas isi bacaan dan sejarah asal mula kitab Barzanji dibukukan. Sebagai penutup Baihaki mahasiswa s2 jurnalistik asal Aceh mengisahkan kembali sejarah lahirya Nabi Muhammad SAW, fadhilah fadhilah serta pahala yang didapat bagi mereka yang bersedekah dan senang merayakan maulid nabi.

Tentunya apa yang dilakukan mahasiswa Indonesia diluar Negri ini bukanlah hal yang luar biasa, jauh lebih besar perayaan yang dilakukan Indonesia. namun setidaknya mereka berharap agar kelak ada satu hari dibebaskan dari azab kubur dan api neraka, layaknya Abu Lahap yang tidak diazab setiap senin karena bahagia atas kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW. (baihaki_my@yahoo.co.id)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline