Lihat ke Halaman Asli

Perempuan di Kamar Mandi

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Perempuan itu sekarang gemar mandi. Bukan, ini bukan karena ia punya alergi sehingga memang harus rajin mandi sepulang kerja. Ia gemar mandi untuk meluapkan apa yang disembunyikan.

Malam ini seperti malam-malam sebelumnya. Sesampainya di rumah, perempuan yang bermata sayu itu bergegas mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi. Menyalakan keran dan mulai membasahi diri. Keran diputar ke kanan, air semakin mengalir deras. Bak mandi yang telah terisi penuh dibiarkan terus terisi. Suara air kompak terdengar, dari keran, bak mandi, dan sepasang matanya.

BYUR! BYUR! BYUR!

Gerakannya semakin membabi buta. Ia guyurkan air dari ujung rambut dan membiarkan air itu menyatu dengan air matanya. Ya, hanya di kamar mandi ia dapat menangis sekencang-kencangnya. Berharap tak ada yang tahu bahwa ia sedang menutupi tangisannya. Sayangnya, sang cicak yang berada di sudut kamar mandi menjadi penonton setia setiap malam. Bahkan, tanpa disadari sang kecoa yang berada di belakang toilet pun bisa membedakan: air kamar mandi dan air mata.

***

Pk 02.30 WIB

“Ma, mau ke mana?” Kutanya perempuan itu yang beranjak dari samping tidurku.

“Mau mandi, nak…”

“Tadi kan udah…”

Sumuk …”

Tak ada alasan yang berbeda dari yang sudah-sudah. Bahkan, di saat hujan mengguyur malam pun ia rasa tak mengundang dingin. Mungkin ia sudah mati rasa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline