"Kamu gagal lagi?", katanya memulai pembicaraan.
"Hm, bisa dibilang seperti itu. Mungkin benar kalau aku terkena kutukan dan gak akan pernah mendapatkan cinta sejati", kataku sambil memukul bagian kiri dadaku 3 kali dengan tangan kanan. Rasanya sakit, menusuk sendi-sendi tulangku. Bukan pukulannya, tapi rasanya. Rasa sakit yang timbul dari seseorang.
"Mungkin kamu salah orang lagi" , katanya dengan pelan dan membuatku tersentak. Sedikit tidak percaya dengan apa yang baru saja kudengar. Apa dia bercanda?
"Salah lagi? Sudah sekian lama menutup semuanya dan mencoba menikmati masa kesendirian. Mengobati luka selama waktu berjalan kemaren tapi masih salah lagi?" , dengan air mata mengalir perlahan aku menggigit bibir. Ya Tuhan, perlukah aku mendengar seruanMu kalau ini hanya lelucon? Aku masih tidak terima dengan "salah lagi" itu yang baru saja kudengar.
"Kamu berhak menangis. Kamu berhak marah. Kamu berhak menyesal. Aku tahu sakit hatimu. Aku mengerti perasaanmu. Kuatlah, kamu bisa bertahan", katanya lagi. Menyemangati ku dan aku tahu hanya itulah yang bisa dia lakukan ketika aku terpojokkan seperti ini.
"Terima kasih. Walaupun hanya ini yang bisa kamu berikan untukku disaat seperti ini. Tapi tolong dengarkan, perhatikan dan coba rasakan apa yang benar-benar aku alami sekarang" , kataku dengan sedikit memohon.
"Ceritakanlah. Ungkapkan semuanya denganku. Aku akan mendengar, memperhatikan dan mencoba merasakan kisahmu", kata-katanya semakin membuatku semangat untuk memulai cerita.
"Ya, ceritanya dimulai dengan.........."