Lihat ke Halaman Asli

Mengapa Orang Tertawa Pada Humor yang Menjijikkan ?

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah penelitian baru yang dirilis oleh Jurnal Psychological Science edisi Agustus 2010 menjelaskan mengapa komedi kasar yang menyangkut kematian atau berbau tabu seperti menyebut hal-hal berbau kebinatangan, dapat membuat orang tertawa. Studi tersebut juga menemukan lelucon menjijikkan dapat dianggap sebagai suatu yang lucu dan biasa selama tidak menyakiti siapapun atau apapun.

A. Peter McGraw, dari University of Colorado-Boulder, yang turut menulis penelitian dengan Caleb Warren menyatakan bahwa para ilmuwan, filsuf, dan komedian sudah lama mencari bahan-bahan untuk humor. Beberapa teori terakhir mencoba untuk menjelaskan humor telah gagal dalam satu cara.

[caption id="attachment_1650" align="aligncenter" width="500" caption="three stooges promos hot larry moe curly (www.hollywoodtoday.net/2008)"][/caption]

Teori-teori tersebut dimaksudkan untuk menjelaskan segmen humor yang sempit seperti lelucon tapi tidak dapat menjelaskan segmen humor yang lebih luas di seluruh domain. Sebagai contoh, teori-teori yang mendasari humor umum akan menyarankan kita berpikir suatu yang tidak layak dan melepas ketegangan sebagai sebuah kelucuan. Sementara itu adegan membunuh orang yang dicintai secara tidak sengaja dan melepas ketegangan agresif tidak layak dianggap lucu.

Sekarang para ilmuwan telah menemukan tiga kriteria yang menjelaskan hal-hal yang dianggap lucu. McGraw dan Warren menduga anekdot atau skenario harus ganjil (melanggar beberapa norma-norma moral atau sosial) seperti berhubungan seks dengan ayam mati, jinak, dan dianggap hal yang lazim. (contoh yang diberikan oleh para peneliti). Dengan kata lain, harus ada beberapa cara seperti hal-hal yang memuakkan dengan melakukan pelanggaran moral. Para peneliti menguji gagasan mereka dengan cara-cara di mana suatu tindakan pelanggaran bermoral atau menjijikkan dianggap biasa karena ada kelucuan.

Para peneliti menyajikan berbagai situasi kepada sukarelawan dan dihargai dengan permen. Dalam satu eksperimen yang mendukung gagasan berupa pelanggaran sebagai makanan batin yang menyenangkan, para relawan membaca salah satu dari dua versi skenario. Skenario pertama menggambarkan perusahaan Jimmy Dean menggunakan rabi sebagai juru bicara untuk sebuah produk baru daging babi. Sedangkan skenario kedua justru Jimmy Dean disewa petani sebagai juru bicara. Peserta lebih cenderung tertawa ketika membaca situasi dimana terjadi pelanggaran moral yaitu seorang rabi yang mempromosikan daging babi.

Dalam eksperimen lain, para peserta membaca skenario di mana seorang pria menggosok kemaluannya kepada kucing. Sedangkan beberapa peserta membaca versi dimana kucing tampak syur dan menikmati kontak. Sementara peserta lain membaca versi di mana kucing merengek dan tampaknya tidak menikmati perbuatan itu.

Sebagian besar peserta (apapun skenario yang dibaca) menilai tindakan yang salah (72 persen) dan menjijikkan (94 persen) sebagai suatu yang lucu. Namun, mereka lebih senang dengan versi yang tidak berbahaya (kucing menikmati perbuatan) dengan perbandingan 61 persen melawan 28 persen. Lebih dari separuh peserta menjadi geli dan jijik dalam menanggapi skenario yang dianggap lazim dibandingkan dengan 22 persen yang melaporkan hal yang sama untuk skenario berbahaya.

Dalam skenario berbahaya, pria dalam cerita itu telah melanggar norma moral yang terkait dengan kebinatangan. Karena tidak ada yang dirugikan dan membuat orang tertawa, perilaku tersebut dapat diterima berdasarkan norma,

Dalam eksperimen yang lain, para peserta prima memiliki pola pikir dekat atau jauh secara psikologis dengan memetakan koordinat Cartesian. Kemudian peserta membaca tentang seorang laki-laki yang melakukan hubungan seksual atau mengasinkan ayam terlebih dahulu sebelum memasak dan memakannya. Sebagian besar peserta menganggap pelanggaran itu menjijikkan.

Namun, mereka dalam kelompok-psikologis jauh cenderung berpikir tindakan seksual lebih menyenangkan (73 persen) dibandingkan dengan kelompok psikologis dekat (39 persen).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline