Lihat ke Halaman Asli

Kemampuan Adaptasi Tanaman Jahe

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_1526" align="aligncenter" width="491" caption="giant ginger (www.peoplespharmacy.com/2008)"][/caption]

Saya akan menceritakan sebuah pengalaman menarik yang berhubungan dengan pertanian. Kejadiannya sekitar 9 tahun yang lalu. Saat itu saya masih aktif menjalankan bisnis rempah-rempah terutama tanaman jahe. Walaupun berbeda kebutuhan, saya ikut membantu teman yang mempunyai bisnis pengolahan jahe gajah yang akan diekspor ke Inggris. Terus terang saya lebih menguasai jahe emprit yang dipakai untuk bahan baku jamu dibandingkan jahe gajah ekspor. Tetapi saya berminat membantu karena didasari oleh rasa keingin tahuan saya terhadap bisnis teman tersebut.

Suatu hari saya ditelpon teman dan meminta saya untuk menjemput wakil buyer dari Inggris di Bandara Soekarno Hatta.

" Cech, bisa bantu saya ? Tolong Cech jemput wakil buyer dari Inggris besok pagi jam 10. Namanya Paul Buttler. Dia naik pesawat Singapore Airlines dari Singapore. Besok, saya sibuk sekali. Bisa khan Cech ? "

" Hmmm besok ya ? Okelah. Terus dibawa kemana nih bule ? "

" Katanya dia minta diantar langsung ke lokasi kebun jahe milik petani di Bojong Lopang Jampang Kulon Sukabumi. Mobil sudah saya siapkan. Sekaligus ada 2 ahli pertanian dari perusahaan saya yang ikut. Nanti Cech akan kami jemput. "

" Baiklah, Dwi. "

" Oh ya tolong kabari perkembangannya, Terima kasih. "

" Siipppp "

Keesokkan paginya kami menjemput Paul Buttler di Bandara Soekarno-Hatta. Tepat jam 10 pagi pesawat Singapore Airlines mendarat. Setelah menunggu sekitar 30 menit akhirnya Paul keluar dan menemui kami. Ternyata yang namanya Paul ini adalah seorang pria muda berumur sekitar 26 tahun asal London Inggris. Paul juga seorang ahli jahe alias lulusan Master Pertanian yang banyak meneliti tentang tanaman jahe. Wow pikir saya saat itu. Akhirnya kami langsung berangkat ke lokasi tapi sempat saya mengatakan kepad Paul, apakah tidak sebaiknya ke hotel dulu dan ganti baju. Paul mengatakan tidak perlu karena waktunya di Indonesia hanya sebentar. Padahal saat itu Paul memakai jas lengkap dengan kemeja dan dasi resmi hehehe. Satu hal lagi saat itu Jakarta dan Sukabumi sudah memasukki musim hujan Jadi bisa dibayangkan bagaimana beceknya lokasi penanaman.

Perjalanan ke lokasi di Bojong Lopang membutuhkan waktu 5 jam. Sesampainya di lokasi, Paul langsung meminta kami bertemu dengan petani dan diajak ke lokasi penanaman jahe. Benar saja dengan tanah becek karena turunnya hujan, Paul berjalan dengan santainya mengikuti petani menuju ke lokasi. Kebetulan sekali saya hanya memakai sandal sehingga dengan kaki telanjang saya berjalan kaki. Saya memperhatikan tingkah Paul yang biasa-biasa saja walaupun sepatu pentopelnya penul dengan tanah becek sehingga celana hitamnya menjadi kotor. Satu waktu saya bertanya kepada Paul apakah Paul tidak merasa risih dan kotor dengan kondisi tanah yang becek tersebut. Paul menjawab tidak dan kalaupun kotor karena itu menjadi bagian tanggung jawab profesionalnya. Lagipula kalau celana kotor masih bisa dicuci bersih dengan mudah tapi kalau nama baik kotor bagaimana mencuci dan membersihkan. Wao luar biasa sekali.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline