Lihat ke Halaman Asli

Prabu Siliwangi Turun Gunung

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tahun 2010 adalah tahun yang unik dan lain daripada yang lain. Mengapa ? Karena pada tahun inilah Tahun Baru Islam dan Maulid Nabinya tepat jatuh pada hari Jumat Kliwon. Menurut kepercayaan sebagian besar masyarakat Sunda, jumat kliwon dianggap sebagai hari yang penuh arti karena pada malam jumat kliwon itulah para karuhun (leluhur), malaikat dan makhluk-makhluk gaib diijinkan oleh Allah SWT untuk turun ke bumi. Untuk itulah mengapa setiap malam jumat kliwon diadakan acara tawasulan atau acara mendoakan para karuhun dan memohon kepada Allah memberikan rahmatNya dalam bentuk apapun.

[caption id="attachment_84193" align="aligncenter" width="500" caption="Latihan Memainkan Kecapi Menjelang Ngebumbang (dokumen pribadi)"][/caption]

Seperti pada tahun-tahun sebelumnya Padepokan Galeuh Pakuan Pajajaran menggelar banyak acara dalam menyambut Maulid Nabi Muhammad SAW. Bagi keturunan  Kusumah (Sumedang Larang), acara Maulid Nabi jatuh pada tanggal 14 Rabiul Awal. Karena bersamaan dengan Jumat Kliwon maka acaranya sudah dimulai sejak malam jumat kliwon.

Pada malam berikutnya (malam sabtu), diadakan acara ngebumbang dengan diiringi alunan musik kecapi atau dikenal dengan membuka sejarah dan ilmu Nabi Muhammad SAW dan para karuhun kepada para masyarakat yang datang ke Padepokan. Buka sejarah dan ilmu tersebut disampaikan oleh kakek buyut (Uyut) Ohan Wijaya Kusumah selaku Sesepuh Padepokan Galeuh Pakuan Pajajaran. Kami tidak tidur sampai subuh karena inilah momen yang tidak boleh dilepaskan dan banyak ilmu serta pengalaman Uyut yang sangat bermanfaat bagi diri kami.

[caption id="attachment_84195" align="aligncenter" width="300" caption="Acara Ngebumbang (foto pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_84199" align="aligncenter" width="300" caption="Beberapa orang yang masih melek mendengarkan petuah Uyut pada acara ngebumbang (foto pribadi)"][/caption]

Keesokan paginya acara dilanjutkan dengan melakukan ziarah ke makam Eyang Krincing Wesi yang merupakan salah satu patih kerajaan Galeuh Pakuan Pajajaran. Karena cuaca tidak yang diikuti dengan hujan deras, rencana melakukan ziarah ke Eyang Jangkung dan Eyang Wali Syekh Jafar Sidiq di gunung Masigit  dibatalkan sehingga kami hanya ziarah ke Eyang Krincing Wesi di wilayah gunung Simpay saja.

[caption id="attachment_84200" align="aligncenter" width="225" caption="Tampak jalan basah diguyur oleh hujan deras sebelum berangkat ziarah"][/caption] [caption id="attachment_84201" align="aligncenter" width="300" caption="Lokasi makam/petilasan Eyang Jangkung yang terhalang penglihatannya oleh kabut pada saat turun hujan (foto pribadi)"][/caption]

Pada malam minggunya, kami mengadakan tawasulan dalam menyambut Maulid Nabi Muhammad SAW dengan membacakan doa dan Al Fatihah kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabat, para wali, alim ulama, karuhun sampai  kepada orang tua kandung kami yang telah meninggal dunia.

[caption id="attachment_84202" align="aligncenter" width="300" caption="Acara Tawasulan dalam rangka Maulid Nabi Muhammad SAW 1431 H (foto pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_84203" align="aligncenter" width="300" caption="Kang Tajudin membuka acara tawasulan dengan memberikan keterangan yang detil tentang makna Maulid Nabi SAW dalam perspektif budaya Sunda (foto pribadi)"][/caption]

Seperti biasanya, acara dimulai pada pukul 21.30 dan berakhir pada pukul 00.00 WIB. Selanjutnya dilakukan acara ritual membersihkan diri dengan menggunakan air yang berasal dari mata air keramat sehingga diharapkan tubuh kami menjadi bersih dan mengurangi kotoran-kotoran yang melekat di tubuh dan hati kami.

(bersambung)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline