Dalam konteks dinamika politik dan bisnis Indonesia, perlu diperhatikan fenomena yang muncul terkait anak-anak Presiden dalam dunia bisnis dan politik.
Analisis mendalam terhadap peran anak-anak Presiden dapat memberikan wawasan mengenai hubungan antara kekuasaan negara, sektor bisnis, dan pengaruh politik.
Faisal Basri, seorang ahli ekonomi dan Politikus ternama, memberikan perspektif yang menarik terkait dampak dan risiko yang mungkin timbul dari keterlibatan anak-anak presiden dalam ranah bisnis dan politik.
Ia mencatat adanya tiga entitas utama dalam ekonomi politik: negara (state), komunitas bisnis (business community), dan masyarakat sipil atau sosial (Civil Society).
Faisal menekankan pentingnya menjaga batasan peran masing-masing entitas, di mana masyarakat seharusnya berada di atas.
Namun, saat ini, terjadi perubahan dinamika yang merugikan demokrasi.
Menurut Faisal, segitiga kekuasaan antara negara, korporasi, dan masyarakat sipil saat ini terbalik, posisi negara dan korporasi mendominasi di atas, sedangkan masyarakat berada di bawah.
Hal ini mengakibatkan gangguan pada demokrasi, karena demokrasi membutuhkan keseimbangan antara kekuasaan negara dan kekuatan masyarakat, dilansir dari YouTube DDMnet.
Faisal menyoroti asimetri kekuatan yang semakin meningkat, terutama dengan keterlibatan korporasi dan terbentuknya oligarki baru yang menggunakan kekuatan dari negara dan korporasi.
Ia merinci bahwa pengaruh keluarga presiden yang sebelumnya kecil, kini tumbuh pesat dan memiliki dampak besar, terutama dalam bidang bisnis seperti martabak dan pisang goreng.