Lihat ke Halaman Asli

Memaknai Mimpi Buruk

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Khulya adalah seorang anak remaja berumur 19 tahun. Sejak kelas 3 SMP dia telah kehilangan kasih sayang dan perhatian secara langsung dari Ayahnya. Di dunia nyata Khulya dan keluarganya mendapat cobaan berat, ayahnya yang dulu sangat dekat dengannya, kini dimasukkan ke penjara oleh sebuah konspirasi keji penuh rekayasa. Sebagai manusia biasa, betapa sedihnya hati seorang anak yang mendapati orang tua yang menjadi tulang punggung keluarga harus meninggalkan mereka untuk menjalani hukuman di penjara.
Beberapa hari yang lalu, ia mendapat cobaan dari alam lain. Pada suatu pagi, Khulya terbangun dari tidur, ia dikejutkan oleh sebuah mimpi buruk yang mengerikan. Dalam mimpi itu Khulya bersama ayahnya berada di sebuah perahu kecil ditengah lautan luas. Mereka terombang-ambing dihempas gelombang besar dan badai. Seketika langit menjadi gelap gulita, dalam hati ia berkata "inilah akhir dari kehidupan kami."
Namun, mukjizat datang, dalam kepasrahan tiba-tiba melintas sebuah kapal yang menyelamatkan mereka dari musibah. Belum sempat mengucapkan terima kasih Khulya langsung terjaga dari mimpi buruk itu.
Andai saja peristiwa menakutkan itu terjadi di dunia nyata, sudah pasti jiwanya akan terguncang. Yang membuat Khulya sedikit tenang adalah karena kejadian itu dialaminya didalam mimpi. Sebagai cobaan baginya untuk menempa mental dan menguji ketabahan. Bagi setiap orang pasti akan mengalami suatu cobaan.
Sebagai contoh sebut saja cobaan yang menimpa keluarga korban Tsunami aceh, korban gunung meletus dan sekarang yang baru terjadi dan masih menjadi misteri adalah korban pesawat Boing 777 Malaysia Airlines yang hilang diudara. Dapatkah kita bayangkan betapa pilunya hati keluarga ditinggalkan bila teringat orang yang mereka cintai tidak tahu bagaimana nasibnya.

Sebagaimana berita: ada sebuah cerita pilu di balik hilangnya Pesawat itu yang dikisahkan oleh seorang istri dari korban: sang istri menuturkan bahwa anak mereka selalu menanyakan kepadanya, kapan ayahnya menghubungi mereka? Sesuai janji sang ayah, ia berjanji akan berkomunikasi menggunakan 'Skype'. Janji itulah yang selalu ditanyakan kepada sang ibu. Anak berumur 3 tahun tersebut dengan bangga telah menempelkan peta tempat tujuan sang ayah pergi, sambil menunggu ayahnya menghubungi mereka.
Dari semua peristiwa ini, dapat diambil kesimpulan bahwa di dunia bermacam-macam cobaan bisa terjadi. Hal itu menandakan bahwa alam fana ini adalah tempat persinggahan sementara bagi umat manusia. Kapan saja kita bisa dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Setiap saat kita akan mendapat cobaan dari Allah.[]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline