Muridku, pegang teguhlah agamamu. Jangan pernah kau lepaskan dari genggaman jiwamu. Ia adalah jalan yang akan mengantarmu bertemu penciptamu.
Muridku, tanamkanlah karakter baik di hatimu. Jangan sampai ia layu, lalu mati tanpa meninggalkan sedikitpun residu. Jagalah ia agar tetap tumbuh dan bersemi di dalam kalbu. Seperti berseminya bunga melati di musim salju.
Muridku, cintailah budaya bangsamu. Budaya bangsa yang kaya akan nilai-nilai luhur pendahulumu. Sayangilah ia, jangan sampai hilang tergerus kemajuan semu.
Muridku, kuasailah ilmu dan teknologi dengan tanganmu. Ia akan mengangkat harkat dan martabat bangsamu. Martabat bangsa yang terus diinjak-injak sepatu penguasa dunia yang tak punya malu.
Muridku, jangan kau lupa alirkan darah seni di tubuhmu. Keindahannya akan menghibur hati dan jiwamu. Bagai keindahan suara alunan biola yang kumainkan, yang mampu menidurkan istri dan calon buah hatiku.
Muridku, bacalah pesan yang kutulis di batu nisanku. Bacalah dengan kelembutan hati dan jiwamu. Renungkanlah di setiap sujudmu.
#CG @Karawang, 07-02-2018
*Puisi ini kupersembahkan untuk mengenang Bapak Ahmad Budi Cahyono, guru Kesenian SMAN 1 Torju Kab. Sampang, yang diduga meninggal dianiaya salah seorang muridnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H