Hari itu, Kamis 26 Oktober 2017, terlihat wajah-wajah ceria para digital native(generasi abad 21), yaitu siswa/i kelas 4 dan 5 SD Puri Artha Karawang, yang akan melakukan study tour atau wisata belajar. Kali ini anak-anak berwisata belajar menikmati budaya Sunda di Kampung Kahuripan Cirangkong Kabupaten Purwakarta.
Perjalanan dimulai pada pukul 06.30 WIB dan tiba di Kampung Kahuripan pada pukul 08.20 WIB. Setibanya di lokasi anak-anak langsung dipandu memasuki lokasi dan diarahkan ke pendapa atau balai yang disebut Bale Irung (Bahasa Indonesia:Balairung).
Di sana kita dijamu dengan welcome drink & food atau makanan dan minuman penyambut bernuansa Sunda, yaitu goreng singkong dan Bandrek. Bandrek adalah minuman khas Sunda yang terbuat dari gula aren, gula merah, jahe, daun sereh, daun pandan, kayu manis, cengkeh, biji merica, dan susu. Di tempat ini anak-anak tidak hanya menikmati sajian makanan dan minuman penyambut, tetapi juga diberikan edukasi tentang cara membuat dan bahan-bahan yang digunakan dalam membuat Bandrek.
Di tempat ini juga, anak-anak diberikan pengarahan tentang beberapa kegiatan yang akan mereka lakukan di Kampung Kahuripan oleh para pemandu. Tidak lupa juga mereka diingatkan tentang larangan-larangan yang tidak boleh anak-anak lakukan, diantaranya adalah membuang sampah sembarangan dan merusak pohon atau tanaman, termasuk memetik daun-daun yang ada di sana.
Setelah itu, kegiatan selanjutnya adalah mengunjungi atau melihat-lihat rumah khas atau tradisional Sunda, yang disebut dengan Bumi Ageung. Lebih lengkap tentang kegiatan mereka di Bumi Ageung bisa dibaca DISINI.
Setelah keluar dari Bumi Ageung, anak-anak langsung diperkenalkan dengan lumbung atau tempat penyimpanan padi yang disebut dengan Leuit yang berada tepat di belakang Rumah Ageung. Leuit adalah lumbung atau tempat penyimpanan padi khas Sunda.
Setelah mengenal Bumi Ageung dan Leuit, anak-anak diajak ke beberapa tempat untuk mengenal dan merasakan beberapa budaya Sunda yang lain. Salah satunya adalah alat musik tradisional Calung. Calung adalah alat musik Sunda yang merupakan purwarupa dari Angklung. Berbeda dengan Angklung yang dimainkan dengan cara digoyangkan, Calung ini dimainkan dengan cara dipukul. Di tempat Calung ini, anak-anak dikenalkan alat musik Calung dan langsung belajar memainkannya dengan dibimbing oleh dua orang pemandu/pelatih. Penjelasan lebih lengkap tentang Calung bisa dibaca DISINI.
Setelah asyik belajar bermain Calung, anak-anak dipandu menuju ke tempat praktik membuat gerabah. Di sini mereka bisa merasakan langsung cara membuat gerabah dengan tanah liat. Masing-masing anak diberi alat praktik membuat gerabah, yaitu tanah liat, meja putar, kain, dan air.
Kemudian anak-anak menuju tempat permainan tradisional untuk bermain kaulinan (baca: permainan) yang sekarang sudah sangat jarang dimainkan oleh para digital native, yaitu jajangkungan atau egrang dan mobil-mobilan yang terbuat dari bahan dasar bambu. Anak-anak sangat antusias memainkan kedua kaulinan ini.
Selain mengenal berbagai macam budaya Sunda, anak-anak juga dikenalkan pada berbagai apotik hidup atau tanaman obat dan diajarkan cara menanam tumbuhan. Mereka langsung mempraktikkannya dengan dibimbing oleh pemandu.
Tidak kalah pentingnya, mereka juga dikenalkan dengan sumber energi alternatif, yaitu panel surya dan turbin air penghasil tenaga listrik. Setelah itu, di tempat terpisah, mereka juga dikenalkan dengan salah satu minuman dingin yang menyegarkan, yaitu Es Goyobod. Di sini, mereka tidak hanya mencicipi Es Goyobod saja, tetapi juga dikenalkan dengan cara-cara dan bahan-bahan membuatnya.