Kemarin (13/06/2017), saya mengunjungi sebuah pusat perbelanjaan untuk membeli sesuatu. Ketika berkeliling di dalam pusat perbelanjaan tersebut, mata saya tertuju pada satu booth -yang nampak sepi pengunjung- yang berisi kumpulan sesuatu yang mengingatkan saya pada masa remaja dulu. Berbahan dasar kertas yang bentuk dan warnanya beraneka macam dengan tulisan utama “Selamat Hari Raya Idul Fitri’ dan “Mohon Maaf Lahir dan Bathin”. Ya, dialah Kartu Ucapan Lebaran atau Idul Fitri.
Dulu pada masa kejayaanyanya -sebelum surel (e-mail) dan/atau media sosial lainnya marak- kartu ini menjadi primadona di setiap menjelang Hari Raya Idul Fitri tiba. Kartu ini digunakan untuk menyampaikan ucapan selamat lebaran dan permohonan maaf kepada sahabat, kerabat, handai taulan, dan lain sebagainya.
Namun kini keberadaannya mulai ditinggalkan dan terancam punah. Bagaimana tidak, ucapan selamat lebaran sekarang sering dan lebih mudah kita sampaikan melalui media sosial yang kini marak dengan berbagai penyempuranaan fitur-fiturnya, seperti Facebook, Instagram, WA, Line, BBM, dan lain sebagainya. Bahkan kita bisa menggunakan Video Call dan Vlog untuk menyampaikan ucapan selamat lebaran tersebut dengan lebih real, atraktif dan interaktif.
Melalui media-media sosial tersebut, kita tidak perlu lagi pergi ke kantor pos untuk mengirim kartu ucapan selamat lebaran. Kita bisa mengirimnya kapanpun dan di manapun dengan menggunakan aplikasi media sosial yang tertanam di HP yang kita miliki.
Sebenarnya saya termasuk orang yang merindukan penggunaan kartu ucapan lebaran tersebut. Karena dengan kartu tersebut saya bisa mencurahkan segala isi hati dengan menuliskannya menggunakan kreasi tulisan tangan sendiri. Ini lebih mengena, menurut saya. Pun ketika kita menerima kartu ucapan lebaran dari orang lain –dari sahabat misalnya-, ketika membaca tulisan tangannya sendiri kita merasakan ucapan yang sangat tulus dan sepenuh hati. Apalagi jika dilengkapi dengan hiasan-hiasan hasil ukiran tangannya sendiri, kita merasakan sensasi kebahagiaan yang begitu mendalam.
Demikian sebaliknya, dengan menggunakan media sosial, tidak sedikit di antara kita yang hanya salin-tempel (copy paste) ucapan-ucapan selamat lebaran yang bertebaran di media sosial. Sehingga ruh ucapan selamat lebarannya tidak ada. Kata-kata ucapan terangkai dengan begitu panjang dan indah, namun hambar terasa tanpa makna.
Sekarang, waktu sudah berlalu zamanpun telah berganti, dan nampaknya kartu ucapan lebaran ini akan segera berlalu. Meskipun ada beberapa orang atau pihak yang masih mempertahankannya, namun keberadaannya nampaknya sudah mulai ditinggalkan. Sudah sangat sedikit orang yang mau meliriknya apalagi menggunakannya untuk menyampaikan ucapan “Selamat Hari Raya Idul Fitri. Minal Aidin Walfaizin. Mohon Maaf Lahir dan Batin”.
Kita patut berterima kasih kepada kartu ucapan lebaran yang telah mewarnai kehidupan kita di masa lalu. Begitu indah dan membekas di hati dan ingatan kita. Keberadaannya telah menjadi jembatan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia, yang saat ini sudah berada di era digital. []
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H