Lihat ke Halaman Asli

Cecep Gaos

Guru pecinta literasi

Bus Pustaka, Sebuah Ikhtiar dan Ijtihad Literasi

Diperbarui: 9 April 2017   16:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah berkali-kali menatapnya dari kejauhan setiap kali melewatinya, akhirnya suatu saat di hari Minggu, ku ajak isteri dan anakku untuk mendekati dua bus kecil berwarna jingga biru bekas metromini yang teronggok itu. Lokasi teronggoknya kedua bus kecil itu adalah di pelataran Taman Galuh yang terletak di kawasan Festive Walk Galuh Mas Kabupaten Karawang Provinsi Jawa Barat.

Entah kenapa sebelumnya berkali-kali ku abaikan ajakan hati untuk mendekati dan mencari tahu apa sebenarnya maksud dari kedua bus kecil itu dionggokkan di sana. Padahal keberadaan kedua bus itu mengundang tanda tanya karena letaknya yang tidak lazim dengan bus-bus lain yang biasanya berada di jalan raya, terminal, atau pool bus. Namun, setelah sekian kali melewatinya, akhirnya ajakan hatiku semakin kuat untuk mendekatinya. Hal ini mungkin dikarenakan pada sisi bus tersebut belakangan sudah ditempeli spanduk “AYO MEMBACA DI BUS PUSTAKA”. Dengan adanya spanduk itu, nurani literasiku menggerakkan hati untuk segera mencari tahu apa sebenarnya dan apa isi dari  bus pustaka tersebut. Sehingga pada akhirnya datanglah saat yang ku sebutkan di awal tadi.

Setelah ku sampaikan niat untuk mendekati bus pustaka tersebut kepada isteri, kubelokkan dan ku parkirkan kendaraanku di sekitaran Taman Galuh di mana bus tersebut berada. Sambil ku langkahkan kaki menuju kedua bus tersebut, ku lihat-lihat sekitarnya. Pikirku tempatnya cukup representatif, karena berada di tengah-tengah Taman Galuh di mana diletakkan bangku-bangku taman dan peralatan permainan seperti beberapa ayunan yang bisa digunakan anak-anak kecil untuk bermain, meskipun hawanya belum begitu nyaman dikarenakan pohon-pohon dan bunga-bunga belum banyak ditanam. Selain itu, ku katakan representatif karena dikeliling oleh pusat perbelanjaan dan makanan. Pasti banyak orang yang bisa langsung melihat keberadaa bus pustaka tersebut yang kemudian bisa menjadikannya sebagai penghilang dahaga akan informasi dan bacaan.

Tanpa basa-basi, untuk memotret bus pustaka tersebut dan keadaan sekelilingnya, aku langsung keluarkan HP dari saku. Kemudian ku buka kameranya, lalu ku bidikkan ke arah bus. Tidak lupa ku arahkan HP-ku ke arah lokasi-lokasi lainnya yang menjadi penopang keberadaan bus tersebut.

Setelah ku potret beberapa lokasi di luar bus tersebut, tadinya ku berharap bisa masuk ke dalamnya. Namun sayangnya, pada hari itu (Minggu) pintu bus tersebut terkunci tanpa penjaga di sekitarnya. Entah kenapa bus itu masih terkunci. Apakah pada hari Minggu waktu kunjungannya ditutup? Atau memang belum waktunya buka? Entahlah, padahal waktu itu jarum jam di jam tanganku sudah menunjukkan waktu lebih dari jam 10 pagi, waktu biasanya pelayanan tempat-tempat umum dibuka. Ataukah karena bus pustaka ini belum diresmikan penggunaannya untuk umum. Entahlah. Sayang seribu sayang tidak ada petugas yang bisa ku jadikan termpat bertanya tentang hal ini.

Lalu ku kelilingi seluruh tubuh bus tersebut. Alhamdulillah, karena kaca jendela dan pintunya tidak ditutupi, maka aku bisa melihat-lihat dan memotret seluruh isi dari bus pustaka tersebut dari luar, meskipun tidak bisa secara detil bisa melihat dan membaca buku-buku yang ada di dalam. Namun setidaknya, ku bisa melihat bahwa bus tersebut difasilitasi dengan AC, TV yang cukup besar, lemari, dan rak-rak buku yang memajang berbagai jenis buku. Ada buku fiksi, non fiksi, majalah, buku berbahasa Inggris, dan lain sebagainya. Tidak lupa ku lihat ada beberapa lukisan yang terpampang di sekeliling jendela bus tersebut.

Setelah ku intip-intip isinya, akhirnya ku berani menyimpulkan sementara barangkali bus pustaka tersebut belum resmi dibuka untuk umum. Hal ini diperkuat dengan masih kosongnya bus yang satunya lagi. Hal ini membuat hatiku semakin penasaran untuk kembali mengunjungi bus pustaka ini di lain waktu.

Keluar dari sekelumit cerita tersebut, ingin ku sampaikan bahwa bus pustaka ini merupakan sebuah ikhtiar dan ijtihad literasi yang dilakukan oleh sebagian kecil masyarakat atau pemerintah yang peduli terhadap pentingnya membaca. Tentu saja hal ini harus diapresiasi setinggi-tingginya dan disambut dengan baik supaya budaya literasi semakin mengakar di masyarakat kita. Sehingga bukan index minat baca an sich yang meningkat tetapi kesadaran akan pentingnya membaca tumbuh dan berkembang serta mendarah daging di tubuh masyarakat kita.

Semoga bus pustaka ini bisa menjadi inspirasi dan motivasi bagi kita dan pihak-pihak lain untuk melakukan ikhtiar-ikhtiar dan ijtihad-ijtihad literasi dalam bentuk lain demi meningkatnya minat baca di kalangan masyarakat.

Sehingga pada akhirnya, kemuliaan dan derajat yang tinggi akan bisa kita raih. Sebagaimana telah difirmankan oleh Allah SWT dalam QS. Al-Mujadalah ayat 11 bahwa Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan berilmu di antara kamu beberapa derajat. Hal ini sangat dimungkinkan karena ilmu salah satunya didapat dari kegiatan membaca, baik membaca tekstual maupun kontekstual.

Jayalah Literasi, Jayalah Indonesia!!!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline