Mendengar istilah "gesekan" sudah tidak asing lagi dalam kencah politik, dan sudah barang tentu menjadi interpretasi yang saling bertolakan. Sedangkan istilah politik sendiri adalah suatu ungkapan yang memiliki stigma kurang baik (menurut banyak kalangan). Kedua kata tersebut menjadi satu rangkaian kalimat yang merupakan pisau bagi para organisatoris. Benturan antara dua hal yang berlainan dalam suatu organisasi merupakan ancaman nyata yang menimbulkan sebuah perlawanan. Celah sedikitpun merupakan peluang besar dalam menyikapi perlawanan tersebut. Lebih ngeri lagi jika kita kaitkan politik dalam pembahasan kali ini. Gesekan yang menjadi ancaman bagi 2 kutub yang berlainan sehingga memunculkan adanya konflik dari pihak-pihak oposisi. Politik sendiri merupakan elemen kepentingan bagi keduanya. Sedangkan politik menurut salah satu tokoh ahli ilmu politik "Miriam Budiharjo" : Politik adalah berbagai macam kegiatan/aktivitas dalam satu sistem untuk melaksanakan tujuan-tujuan tersebut. Jika politik dimaknai sebagai bentuk pencapaian tujuan, maka dengan adanya gesekan dari kubu yang berlainan merupakan cambuk yang harus dilawan dan diperjuangkan.
Tak heran jika kita amati adanya berbagai macam design politik atau yang biasa diistilahkan strategi politik dalam momentum menjelang PILEG kali ini smakin mewarnai masyarakat bahkan mediapun juga ikut mempertaruhkan. Masyarakat juga sudah mulai cerdas dengan para calon anggota mana yang paling banyak memberikan keuntungan maka itu yang akan menjadi arahan (konstruk pragmatis). Sebab masyarakat sudah mulai resah dengan para aktor politik yang anggapannya sudah tidak ada lagi sosok figur yang tepat. Artinya, ketika menjelang pemilihan janji dan idealismenya memikat banyak khalayak, masyarakat didekati namun ktika sudah terpilih fakta yang ada justru berbanding terbalik seakan menjadi korban amnesia, yang ada hanyalah kesibukan dengan memeluk anggaran hingga melampaui budget semestinya alias korupsi besar-besaran. Tidak disadari bahwa perbuatan inilah yang memicu masyarakat menjadi pragmatis. Secara tak disadari masyarakat juga sudah terkonstruk menjadi masyarakat pragmatis, namun hanya subyek, stategi dan permainannya yang berbeda.
Salam Fajar di Hari Jum'at :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H