Lihat ke Halaman Asli

Septya nurmala

Mahasiswa universitas prima nusantara bukittinggi

kecanduan vape merusak kesehatan mahasiswi

Diperbarui: 29 Januari 2025   17:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Meski vape sering dianggap sebagai pilihan yang "lebih sehat" dibandingkan rokok tembakau, nyatanya vape sama sekali tidak bebas dari risiko. Faktanya, vape mengandung berbagai zat berbahaya yang dapat merusak tubuh, bahkan menimbulkan efek samping serius. Bagi mahasiswi yang menggunakan vape, beberapa dampak kesehatan yang mungkin mengintai antara lain:

1. Dampak pada Kesehatan Fisik

Vape yang dianggap sebagai alat alternatif atau (lebih sehat) dari pada rokok tembakau. Namun  faktanya, vape juga dapat mengandung zat berbahaya yang bisa merusak kesehatan fisik. Beberapa efek samping yang mungkin dialami oleh mahasiswi dalam penggunaan vape diantara lain:

  1. Gangguan Pernapasan: Cairan vape atau e-liquid, yang terlihat "ramah" dengan aroma buah atau mint, ternyata menyimpan bahaya tersembunyi. Bahan kimia seperti propilen glikol, gliserin, dan perasa buatan di dalamnya bisa berubah menjadi senyawa beracun seperti formaldehida dan akrolein ketika dipanaskan. Zat ini tidak hanya mengiritasi saluran pernapasan, tetapi juga bisa memicu masalah serius seperti bronkitis kronis atau bahkan kerusakan paru-paru permanen jika digunakan dalam jangka panjang (Centers for Disease Control and Prevention [CDC], 2020).
  2. Gangguan jantung dan pembuluh darah (Kardiovaskular): Nikotin dalam vape bukan sekadar zat adiktif, tapi juga pemicu masalah serius bagi jantung. Zat ini dapat membuat detak jantung dan tekanan darah melonjak, yang jika dibiarkan dalam jangka panjang, bisa meningkatkan risiko gangguan jantung. Bagi mahasiswi yang memiliki riwayat penyakit jantung atau tekanan darah tinggi, vape adalah ancaman nyata yang sebaiknya dihindari sepenuhnya (Bhatnagar, 2016).
  3. Kerusakan Sel dan DNA: Jangan terkecoh oleh uap vape yang terlihat "ringan" dan tidak berbahaya. Faktanya, uap tersebut mengandung radikal bebas yang bisa merusak sel-sel tubuh dan bahkan DNA. Kerusakan ini tidak main-main, ini dapat meningkatkan risiko kanker, meskipun mungkin lebih rendah dibandingkan rokok konvensional (Sassano et al., 2018).  
  4. Ketergantungan Nikotin: Meski vape kerap diiklankan sebagai solusi untuk berhenti merokok, nyatanya banyak produk vape justru mengandung nikotin dalam kadar tinggi. Nikotin, sebagai zat adiktif, bisa dengan cepat membuat mahasiswi ketergantungan. Ketergantungan ini bukan hanya merusak kesehatan, tetapi juga bisa mengganggu fokus dan produktivitas akademik mahasiswi (National Institute on Drug Abuse [NIDA], 2020). 2. Dampak pada Kesehatan MentalSelain kesehatan fisik, mengonsumsi vape juga dapat memengaruhi kesehatan mental mahasiswi. Beberapa dampak yang perlu diperhatikan antara lain: Selain merusak tubuh, mengonsumsi vape juga bisa berdampak serius pada kesehatan mental mahasiswi. Mulai dari meningkatnya kecemasan, perubahan mood yang drastis, hingga risiko depresi, semuanya bisa mengintai. Jangan biarkan vape mengganggu kestabilan emosi dan pikiran
    1. Meningkatnya Stres dan Kecemasan:  Meski nikotin dalam vape bisa memberikan rasa relaksasi sesaat, efeknya justru berbalik dalam jangka panjang. Ketika tubuh sudah kecanduan, mahasiswi bisa merasa cemas, gelisah, dan stres jika tidak mengonsumsi vape. Jangan biarkan ketenangan semu ini merusak kesehatan mental(Hajek et al., 2019)
    2. Gangguan Tidur: Konsumsi nikotin berlebihan dari vape bisa merusak pola tidur, Mahasiswi pengguna vape seringkali mengalami susah tidur atau terbangun tengah malam. Akibatnya, konsentrasi, mood, dan performa akademik pun ikut terganggu. Jangan biarkan vape merampas waktu istirahat yang berharga(Jaehne et al., 2012)
    3. Depresi: Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan vape bisa meningkatkan risiko depresi, terutama pada remaja dan dewasa muda. Bagi mahasiswi yang sudah memiliki riwayat gangguan mental, vape justru bisa memperburuk kondisi tersebut. Jangan biarkan vape menjadi pemicu masalah yang lebih serius, jaga kesehatan mental mulai dari sekarang(Leventhal et al., 2016)

2. Dampak pada Kesehatan Mental

Selain kesehatan fisik, mengonsumsi vape juga dapat memengaruhi kesehatan mental mahasiswi. Beberapa dampak yang perlu diperhatikan antara lain: Selain merusak tubuh, mengonsumsi vape juga bisa berdampak serius pada kesehatan mental mahasiswi. Mulai dari meningkatnya kecemasan, perubahan mood yang drastis, hingga risiko depresi, semuanya bisa mengintai. Jangan biarkan vape mengganggu kestabilan emosi dan pikiran

  1. Meningkatnya Stres dan Kecemasan:  Meski nikotin dalam vape bisa memberikan rasa relaksasi sesaat, efeknya justru berbalik dalam jangka panjang. Ketika tubuh sudah kecanduan, mahasiswi bisa merasa cemas, gelisah, dan stres jika tidak mengonsumsi vape. Jangan biarkan ketenangan semu ini merusak kesehatan mental(Hajek et al., 2019)
  2. Gangguan Tidur: Konsumsi nikotin berlebihan dari vape bisa merusak pola tidur, Mahasiswi pengguna vape seringkali mengalami susah tidur atau terbangun tengah malam. Akibatnya, konsentrasi, mood, dan performa akademik pun ikut terganggu. Jangan biarkan vape merampas waktu istirahat yang berharga(Jaehne et al., 2012)
  3. Depresi: Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan vape bisa meningkatkan risiko depresi, terutama pada remaja dan dewasa muda. Bagi mahasiswi yang sudah memiliki riwayat gangguan mental, vape justru bisa memperburuk kondisi tersebut. Jangan biarkan vape menjadi pemicu masalah yang lebih serius, jaga kesehatan mental mulai dari sekarang(Leventhal et al., 2016)

3. Dampak pada Kehidupan Sosial dan Akademik

Efek samping vape tidak hanya merusak kesehatan fisik dan mental, tetapi juga bisa menghancurkan kehidupan sosial dan prestasi akademik mahasiswi. Dari penurunan konsentrasi belajar hingga terganggunya hubungan sosial, dampaknya bisa merambat ke berbagai aspek kehidupan. Jangan biarkan vape merenggut masa depan yang cerah, waspadai risikonya sekarang

  1. Stigma Sosial: Meski terlihat keren bagi sebagian orang, vape ternyata tidak selalu diterima positif di lingkungan sosial. Mahasiswi yang terlihat menggunakan vape berisiko mendapat cap negatif dari teman-teman atau bahkan dosen, apalagi jika dianggap sebagai perokok. Jangan sampai reputasimu terganggu hanya karena pilihan yang salah! (Choi et al., 2018)
  2. Pengeluaran Finansial: Kecanduan vape bukan cuma bikin kantong bolong, tapi juga bisa menguras keuanganmu. Bayangkan, uang yang seharusnya bisa dipakai untuk beli buku, makan, atau kebutuhan penting lainnya, malah habis untuk beli e-liquid, coil, atau perangkat vape terbaru. Jangan biarkan hobi ini merusak rencana keuanganmu! (Huang et al., 2019)
  3. gangguan Konsentrasi: Ketergantungan pada nikotin dari vape bisa bikin mahasiswi sulit fokus saat belajar atau mengerjakan tugas. Rasanya gelisah dan tidak tenang jika tidak menghisap vape dalam waktu tertentu, akhirnya performa akademik pun ikut terancam. (NIDA, 2020)

4. Dampak Jangka Panjang

Efek samping vape bukan cuma soal dampak sesaat, tapi juga ancaman serius yang mengintai dalam jangka panjang. Dari kerusakan paru-paru permanen hingga peningkatan risiko penyakit kronis, bahaya vape bisa mengubah hidupmu secara drastis. Jangan sampai menyesal di kemudian hari, kenali risikonya sekarang juga

  1. Kerusakan Paru-Paru Permanen: Penyakit seperti paru-paru basah atau popcorn lung (bronkiolitis obliterans) telah dikaitkan dengan penggunaan vape. Penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan paru-paru permanen dan mengurangi kualitas hidup (CDC, 2020).
  2. Risiko Kanker: Meski sering dianggap "lebih aman" daripada rokok konvensional, vape ternyata tidak sepenuhnya bebas risiko. Penggunaan vape dalam jangka panjang dapat meningkatkan peluang terkena kanker, khususnya kanker paru-paru dan mulut (Sassano et al., 2018).
  3. Masalah Reproduksi: Penggunaan vape ternyata tidak hanya berbahaya bagi paru-paru, tetapi juga mengancam kesehatan reproduksi, terutama bagi mahasiswi. Kandungan nikotin dan berbagai bahan kimia beracun dalam vape dapat mengacaukan siklus menstruasi, menurunkan tingkat kesuburan, dan bahkan meningkatkan risiko komplikasi kehamilan di masa depan (Bhatnagar, 2016).

5. Kesadaran dan Pencegahan

Menyadari efek samping vape adalah langkah pertama untuk mencegah dampak negatifnya. Mahasiswi perlu memahami bahwa vape bukanlah alternatif yang aman dan bebas risiko. Beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi atau menghindari penggunaan vape antara lain:

  1. Mencari Informasi yang Akurat: Sebagai mahasiswi, penting untuk selalu kritis dan mencari informasi yang valid serta terpercaya tentang bahaya vape. Jangan mudah tergoda oleh iklan menarik atau mitos yang mengklaim vape aman. Ingat, pengetahuan adalah kunci untuk melindungi diri dari risiko kesehatan yang mengintai (CDC, 2020).
  2. Mencari Dukungan: Bagi mahasiswi yang sudah terlanjur menggunakan vape dan berniat untuk berhenti, jangan ragu untuk meminta bantuan. Dukungan dari teman, keluarga, atau layanan konseling di kampus bisa menjadi kekuatan besar dalam proses ini. Meski berhenti dari kebiasaan vape mungkin terasa berat, dengan dukungan yang tepat dan tekad yang kuat, langkah menuju hidup yang lebih sehat pasti bisa diwujudkan.(NIDA, 2020).
  3. Mengalihkan Perhatian: Bagi mahasiswi yang ingin melawan keinginan untuk mengonsumsi vape, ada banyak kegiatan positif yang bisa dijadikan pilihan. Misalnya, dengan rutin berolahraga, menekuni hobi yang kreatif, atau bergabung dalam komunitas yang mendukung gaya hidup sehat. Kegiatan-kegiatan ini tidak hanya membantu mengalihkan pikiran dari vape, tetapi juga membawa manfaat positif bagi kesehatan fisik, mental, dan kehidupan sosial. Dengan begitu, mahasiswi bisa menemukan kebahagiaan dan kepuasan tanpa bergantung pada vape.(Hajek et al., 2019).
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline