Lihat ke Halaman Asli

Pilihannya Selamat atau Tersesat

Diperbarui: 17 Februari 2017   17:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"KENGERIAN MENINGGAL DUNIA JIKA RUH KELUAR .... DAN ABADI ABADAN,... DALAM AZAB"

https://www.youtube.com/watch?v=VVexMFX_VWw

Semoga hal ini diterima dengan lapang dada, nyegoro, sebagai kebenaran, paling tidak sebagai tambahan wawasan atau wacana, namun semua tergantung dari pribadi dan isi pikiran masing-masing setiap pribadi. Namun yang jelas dan terang adalah setiap dari diri yang ingin selamat dan diselamatkan memerlukan sikap hati-hati dan waspada. Supaya tidak terjatuh kedalam kedzaliman, kelaliman, dan kejahiliahan serta keprasangkaan. Apalagi sampai pada menghujat, mengolok, jauh dari toleransi, jauh dari perilaku saling menghargai, jauh dari perilaku saling memaklumi.

Jika kita mau terbuka dan membuka diri atas adanya kebenaran Al-Haq min Robbika maka kita akan melihat apakah diri kita berada didalam kebenaran hakiki kebenaran yang sebenarnya (Kebenaran yang berasal dari-Nya); ataukah berada didalam kebenaran konsep; kebenaran retorika, kebenaran prasangka, kebenaran kira-kira; kebenaran katanya dari katanya; kebenaran dari buku-buku (buku dalam Bahasa apapun), yang sering di persepsikan dan kemudian di sakralkan.

Setiap dari diri kita pasti, tidak bisa tidak, pasti meninggal dunia, ada batas masa pakai di dunia, dan saat meninggal hanya akan ada dua penempatan. SELAMAT atau TERSESAT.  Selamat Karena mengetahui pintu pulang, mengenali tujuan (ada yang di dzikiri diingat-ingat didalam hati perihal Al-Ghaybullah) mengenali asal usul kejadian diri; mengetahui Hakekat Fitrah manusianya dan mengetahui sesungguhnya hakekat fitrah manusia dari Fitrah Allah Piyambak. Dan yang tersesat karena buta, tidak mengetahui jalan pulang Karena tidak mengetahui pintunya dan tidak mengenali asal-usul kejadian diri, sehingga tidak bisa kembali pulang.

Selama ini mengenai kematian hanya difahami ruh keluar baik, bagi yang meninggal dunia selamat kembali kepada Tuhannya juga bagi mereka yang tersesat tidak kembali kepada Tuhannya. Padahal yang sebenar-benarnya dan yang sesungguhnya bahwa seseorang yang meninggal dunia ada dua pintu. Pintu yang satu menuju kepada keselamatan, selamat pulang kembali kepada asal-usul kejadian, kembali kepada Tuhan-Nya, menyatakan rasa bahagia abadi abadan menyatakan wajah berseri-seri hanya kepada tuhannya melihat (al-ayah); sedang pintu yang satunya lagi adalah pintu kesesatan, tidak kembali kepada asal-asul kejadian, bertempat pada tempat yang telah disediakan bagi mereka yang tidak kembali pulang kepada Tuhannya, dan kejadian ini adalah sangat gegirisi dan mengerikan, dan inipun juga abadi abadan. Sungguh demi Dzat yang memegang mbun-mbunan kepala manusia. Beginilah sesungguhnya.

Maka didalam ayat Firman Allah telah dengan tegas difirmankan:

Pintu pulang didalam dada. 57. Al-Hadid 13

فَضُرِبَ بَيۡنَهُم بِسُورٖ لَّهُۥ بَابُۢ بَاطِنُهُۥ فِيهِ ٱلرَّحۡمَةُ وَظَٰهِرُهُۥ مِن قِبَلِهِ ٱلۡعَذَابُ ١٣

13. maka diadakan di antara diri mereke sendiri dinding yang mempunyai pintu. Didalamnya  ada (pintu) rahmat (pintu pulang kembali kepada Tuhannya, selamat karena mengetahui pintu pulangnya) dan (jika) keluar (sisi luarnya) dari situ ada siksa.

Didalam dada ada Ar-Rahmah, pintu pulang bertemu dengan Diri Dzatullah, yang mengetahuinya dengan Ilmu Al-Ghybullah, namun Jika ruh keluar maka terjadi “sakaratul maut”, ruh diusir dipaksa keluar dari dalam tubuh maka siksa dan ini abadi abadan. Sebab pintu pulangnya adalah dadanya sendiri-sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline