Lihat ke Halaman Asli

[Catatan Pengalaman] Setahun Berlalu Semenjak Cinta Ditolak

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah tak terasa 1 tahun berlalu, semenjak cinta saya ditolak oleh perempuan yang pernah saya cintai dengan tulus. Perempuan itu adalah orang pertama yang pernah kutembak, apalagi dia kutembak pada malam tahun baru, hehe. Saya bukanlah tipe pria yang dengan gampangnya mendapat pacar, karena saya lebih mementingkan kualitas hubungan untuk jangka panjang. Terdengar naif memang, tapi itulah prinsip hidupku daripada harus gonta-ganti perempuan. Apapun alasannya, keputusan si dia menolak cintaku kuterima dengan ikhlas. Memang saya selalu diranda kesedihan yang mendalam beberapa bulan setelah itu. Untung saja sekarang sudah bisa lebih mengikhlaskannya. Yang paling penting, saya tidak ada rasa sakit hati sedikitpun terhadapnya.

Dalam setahun ini, saya banyak merenung, mengapa Tuhan tak mengizinkan saya mendapatkan hati perempuan yang saya cintai itu. Ungkapan "Tuhan Selalu Memberi yang Terbaik Bagimu" tak ayal selalu kusangkal pada awal-awal tahun 2011. Tapi akhir-akhir ini, sedikit demi sedikit saya mulai bisa menerima, bahwa si dia mungkin bukanlah wanita yang pas bagiku. Perempuan itu sudah lama saya cintai semenjak SMA. Lulus SMA, saya merantau  meninggalkan kampung untuk kuliah. Otomatis jarak antara dia dan saya menjadi jauh, dan saya hanya memiliki sedikit kesempatan untuk bertemu langsung dengannya. Satu hal yang selalu saya syukuri sampai detik ini, yaitu bisa mendapatkan kesempatan menembak perempuan itu. Selama SMA, saya adalah seorang pemalu dalam urusan percintaan. Saat itu saya selalu memendam perasaan saya kepadanya. Apa yang akan terjadi bila saya terus menerus menyembunyikan perasaan itu selama saya kuliah? Bisa-bisa jiwa saya menjadi semakin labil karena jarak yang begitu jauh antara kami, dan juga beratnya perasaan yang terpendam itu.

Mungkin juga Tuhan menginginkan agar saya bisa kembali mencintai diri saya sendiri dan keluarga, sebelum menemukan sebuah cinta sejati. Selama 1 tahun ini, saya juga sungguh bersyukur karena memiliki keluarga yang luar biasa. Kedua orang tua saya masih mampu membiayai saya kuliah, puji Tuhan. Kerja keras mereka, semenjak menikah sampai saat ini benar-benar berbuah manis. Kebutuhan keluarga dapat tercukupi dengan layak (sesuatu yang tak terbayangkan pada waktu awal-awal mereka menikah). Kasih sayang mereka sebagai orang tua sungguh tak terbandingi. Apalagi, setiap saya pulang kampung, mereka selalu menyambut gembira. Mereka juga sepenuhnya percaya kepada saya, bahwa meski tinggal terpisah, saya tidak akan berbuat macam-macam, seperti narkoba dan membuat diri tidak perjaka lagi, hehe.

Dengan ditolaknya cinta saya ini, saya menjadi lebih dekat dengan Tuhan dan keluarga, karena mereka berdualah yang paling dekat dengan pribadi saya. Saat ini, saya semakin bisa melihat kebenaran tentang "Tuhan Selalu Memberi yang Terbaik Bagimu". Syukur kepada Yang Di Atas karena saya mulai bisa melihat satu per satu, apa saja yang telah Ia berikan selama hidupku ini.

Selamat Tahun Baru, hari esok yang baik menanti kita semua!

ditulis dari tempat yang dingin..***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline