Lihat ke Halaman Asli

Hari Guru : Memaknai Sebuah Panggilan

Diperbarui: 17 Juni 2015   16:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1416926061727678647

Hari ini ditetapkan oleh pemerintah sebagai Hari Guru Nasional. Satu hari yang dimaksudkan sebagai bentuk penghargaan serta ungkapan terima kasih kepada para guru yang telah berkarya dan mengabdikan diri guna mencerdaskan anak bangsa. " Hari guru merupakan sebuah gerakan untuk memuliakan para guru", demikian diungkapkan oleh Mendikbud Anies Baswedan.

Bagi saya pribadi, Hari Guru menjadi sebuah momentum untuk mencoba merefleksi diri. Saya berusaha melihat seluruh perjalanan hidup saya sebagai seorang guru setelah sekian lama menekuni panggilan hidup saya. Menjadi guru adalah sebuah pilihan, itulah yang saya lakukan. Saya tidak menjadi guru karena terpaksa atau dipaksa. Maka saya juga setia menjalaninya.

Adakah yang saya dapatkan dari profesi menjadi seorang guru? Kekayaan materi? Bisa jadi bukan itu yang saya dapatkan. Selama ini orang selalu memandang bahwa ukuran kesuksesan atas pencapaian hidup adalah materi. Ketika seseorang telah berlimpah materi, maka ia dipandang sukses. Demikian pula sebaliknya. Memang tak bisa dipungkiri bahwa materi adalah hal yang penting karena materi menjadi sarana penunjang hidup. Namun, jika semata-mata orang bekerja hanya demi materi maka sesungguhnya ini merupakan pendangkalan akan makna hidup itu sendiri.

Lalu apa yang saya kejar dari bekerja sebagai guru? Nah, inilah sulitnya untuk menjelaskan secara gamblang. Saya pernah ditanya oleh salah satu pengurus yayasan tempat saya bekerja. Ia menanyakan tentang suka duka yang saya alami setelah sekian lama menjadi guru. Atas pertanyaan ini, waktu itu saya hanya mengatakan bahwa jawabannya tak cukup hanya dalam satu atau dua kalimat. Saya katakan bahwa jika saya harus  menuliskan suka duka sebagai guru, maka bisa jadi itu sama panjangnya dengan perjalanan hidup yang sudah saya lalui. Ada begitu banyak kisah suka dan duka sebagai guru. Tapi saya katakan bahwa saya tetap mensyukuri semuanya.

Bagi saya salah satu kebahagiaan yang saya rasakan sebagai seorang guru adalah ketika anak-anak yang pernah saya didik akhirnya berhasil dalam kehidupannya. Kemudian setelah itu ia juga tergerak hatinya untuk terlibat dalam karya pendidikan. Seperti yang terjadi saat in,i di lingkungan tempat saya bekerja. Di antara rekan guru ada salah seorang yang merupakan mantan murid saya. Begitu pula sebagian pengurus yayasan adalah juga mantan murid-murid saya. Kesediaan mereka untuk mau terlibat dalam dunia pendidikan itu sungguh membahagiakan. Setidaknya mereka juga ingin merasakan suka duka yang pernah dialami oleh para gurunya. Ada cukup banyak murid saya yang berkabar bahwa kini mereka juga menjadi guru seperti saya. Ada kegembiraan ketika mereka berkisah tentang panggilan hidupnya.

Masih banyak kebahagiaan lain yang saya rasakan sebagai seorang guru. Ketika mantan-mantan murid tetap menjalin relasi akrab dengan mantan gurunya, atau mempercayakan anak-anak mereka untuk bersekolah di tempat yang sama dengan dirinya, itupun merupakan kebahagiaan yang hanya bisa dirasakan oleh seorang guru.

Itulah sekelumit refleksi saya akan pemaknaan Hari Guru. Saya tak meminta bahwa guru harus dipuja-puja layaknya orang yang paling berjasa. Bahwa pemerintah telah menetapkan setiap tanggal 25 November sebagai Hari Guru Nasional, saya pandang itu sebagai niat baik pemerintah untuk meletakkan profesi guru pada posisi terhormat. Namun sesungguhnya, semua profesi layak untuk dihargai dan dihormati. Setiap profesi menuntut tanggung jawab moral dari penyandangnya.

Sebagai penutup tulisan, saya akan berbagi kisah menarik yang terjadi hari ini. Tadi pagi tatkala saya mau masuk kelas saya dikejutkan oleh kehadiran para pengurus yayasan ke sekolah. Rupanya mereka datang secara khusus ke sekolah untuk menemui kami para guru. Dengan penuh kehangatn mereka salami kami dan mengucapkan Selamat Hari Guru seraya menyerahkan sepotong coklat tanda cinta. Peristiwa ini tentu tak kami duga, sehingga ini merupakan sebuah kejutan yang menarik sekaligus mengharukan.

Peristiwa yang saya alami tadi pagi memang bukan peristiwa spektakuler, namun itulah sentuhan perhatian yang saya rasakan. Bukan soal coklatnya, namun pada kesediaan mereka untuk mendatangi kami para guru yang nota bene merupakan mitra kerja yang menjadi perpanjangan tangan mereka.

Kepada sesama rekan seprofesi saya hanya bisa mengajak "Mari kita terus berkarya, menjadi sang penabur benih di ladang kehidupan".

SELAMAT HARI GURU !

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline