Lihat ke Halaman Asli

Ketika Istri Mencuci Baju Suami

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ketika seorang istri mencuci pakaian suaminya, maka Alloh menentukan 1000 kebaikan untuknya, mengampuni 2000 kesalahannya, dan dimohonkan ampun oleh semua mahluk yang disinari matahari, serta ditingkatkan derajatnya 1000 tingkat." (HR. Abu Mansur dalam musnad Firdaus) Begitu luar bisanya balasan Sang Khalik untuk istri-istri yang selalu berbakti pada suami, karena itu memang bukan hal yang mudah. Apalagi di zaman moderen ini, tidak jarang para Istri berani membantah suami dengan segudang alasan rasional dan kesibukannya. Kondisi dan posisi istri yang terkadang tanpa sadar menjadi penyebab sifat  ini. Tidak bisa dipungkiri, dengan sifat keakuan Istri dan ingin menang sendiri karena merasa telah mampu mendapatkan penghasilan sendiri menjadi pemicu para suami merasa tidak dihargai. Ini justru akan mendatangkan konflik rumah tangga. Pemikiran masyarakat kita yang masih berpegang pada budaya patriarki ( pria harus memiliki status lebih unggul dari wanita ), meskipun persamaan derajat pria-wanita telah lama diakui mendorong suami berfikir bahwa status sebagai pencari nafkah lebih tinggi. Sebut saja Pak  Kasmuri, yang harus merasa tertekan dan tidak berhasil menjadi tulang punggung keluarga. Suami yang hanya seorang  Petani ini harus menghidupi kedelapan anaknya. Dengan kedaan ini, sang Istri Ibu Sumilah harus membanting tulang ikut membantu Suaminya untuk mencari nafkah.  akan tetapi, pemikiran ibu Sumilah sangat berbeda. Dia menganggap kerja kerasnya bukan karena membantu suaminya, melainkan tuntutan yang harus dilakukan untuk bertahan hidup, dan memang penghasilannya cukup besar melebihi Pak Kasmuri. Perasaan rendah diri atau minder Pak Kasmuri semakin menjadi, Apalagi karena sikap istrinya yang mulai berubah berani, seperti menyindir bahkan memerintah dengan kasar yang mengiris perih hatinya. Mungkin Pak Kasmuri tidak sendiri, kekuatiran akan kehilangan posisi kepala rumah tangga yang dihormati karena  pasti muncul di kepala para Suami. Hal ini dapat dihindari dengan menggeser pemikiran kita. Semua berawal dari diri individu masing-masing. Istri yang menurut hadist merupakan tulang yang bengkok dan perlu diluruskan memang benar, karena tanpa disadari atau dipungkiri setelah mendapatkan suatu status dan pengakuan dari masyarakat akan menambah rasa percaya dirinya sampai melampaui batas yang tidak sewajarnya. Itu sebuah kecenderungan, ditambah sekarang tidak sedikit para Istri yang telah sukses secara tidak sadar melalaikan kewajibannya. Seorang suamipun demikian, syukurilah apa rizki yang dibawa istri, bukan malah dibenci atau dimaki-maki. Kemungkinan ketakutan Suami tidak dianggap atau dihormati sebagai kepala rumah tangga hanya kecemasan suami, hanya ada di pikiran suami.Untuk menghindari konflik yang akan timbul akibat overlapping status ini adalah komunikasi, dan terus menyesuaikan diri dengan posisi individu masing-masing dalam tiap rumah tangga yang dibangun. Itu menjadi fondasi dan anggaran dasar yang ditetapkan dalam musyawarah keluarga. Menjadi Sosok yang melindungi, memimpin, dan menjadi tulang punggung keluarga adalah impian semua suami yang bertanggung jawab. Oleh karena itu, Karier Istri diniatkan untuk membantu suami, tetapi  tanggung jawab seorang istri tetap mengururus rumah tangga dengan baik dan penuh cinta. Hindari menuntut suami dengan tuntutan yang melampaui batas kemampuannya, karena Rosul bersabda : "seorang istri yang memaksa suaminya menjadi asedih akibat urusan nafkah atau membebabinya diluar kemampuan suami, maka Alloh tidak menerima kesetiaan dan keadilannya." Semoga bermanfaat dan memberi inspirasi untuk keluarga kita menuju kebahagiaan hakiki, sakinah, mawaddah, warrohmah,,,amien.. # terinspirasi dari keluarga Alm. H. Kasmuri dan Alm. Hj. Sumilah semoga amal dan ibadahNya diterima sang Penguasa Agung,, (amien)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline