Lihat ke Halaman Asli

Semoga Hanya Mimpi

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

130061829642959522

on Saturday, February 26, 2011 at 6:03pm detikku kesempatanku, telah lama terkuak makna satu per satu misteri yang semakin menunjukkan kuasanya. detak jantung semakin cepat, tanda akan segera berakhir masa itu. ku ingat kembali bayangan menyesakkan masa lalu, bagai sisi gelap yang tiada pernah musnah. hingga kini. pesona dan buaian nya memalingkan ku ke jalan lain yang tak ku kenal. tapi cukup membawa hikmah,,,, langkahku terhenti sejenak, diambang perbatasan hitam dan putih. abu-abu, mungkin. begitu absurd dan hening. ku tengok dalam jauh relung dan liku yang sempat aku lewati, yang mampu menyihirku dalam mantra yang tiada bertepi.,,"wushhh" pemandangan itu berubah lagi, hanya darah yang ku lihat dan ular bergeliat menatap sayu kepadaku. ku sapa teman lamaku, ingin rasa ku belai lembut kulitnya, ingin ku sentuh ceceran darah gelapnya. tapi batinku mengelak,,, lukanya tak terperi, kulit ular itu penuh luka, penuh sedih dan derita, tapi bukankah perjalanan harus dilanjutkan?? maaf kawan,,, metamorfosa melingkar di dinding jiwa yang rapuh. sampai kini pun tak ku pahami, belum. tepatnya. jalan masih panjang, berderet cerita dan skenario telah disiapkan. dan aku harus siap untuk semua misteri ini. di depan hanya ku lihat dia bersanding dengan lainnya. perih, tapi ini takdir. sakit, tapi aku hanya aktor dan Dialah sang sutradara agung. Aku rela dan ikhlas menjalani tiap misteri dalam detikku, di setiap detak jantungku. semua berjalan, tiada yg terhenti. hanya hikmah yang terus bermunculan bagai tunas yang di tanam oleh jiwa... dan,,, ternyata semua hanya mimpi..




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline