Lihat ke Halaman Asli

Negeri Boros

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tulisan ini saya buat karena keprihatinan saya terhadap negara ini. Bagaimana saya tidak merasa prihatin, ketika saya melihat dengan banyak nya pegawai negeri yang ada sekarang saja banyak pekerjaan yang tertunda. Sebagai contoh untuk membuat KTP saja perlu waktu 1 minggu, padahal jika mau kerja lebih efektif, pembuatan KTP bisa selesai hanya 1 atau 2 jam saja.Saya sering melihat para PNS yang cuma duduk duduk, baca koran atau ngobrol. Pekerjaan????. Masa bodo ah, wong kerja rajin atau malas juga gajinya sama…jadi ngapain rajin-rajin???????

Saat saya mengurus permohonan jamkesmas untuk keluarga saya yang sedang sakit. Ketika sampai di dinkes, saya melihat kebanyakan mereka cuma ngobrol, baca koran dan ada yang main catur. Pengajuan saya memang ditolak, padahal dah jelas, saudara saya yang sakit orang tidak mampu, bahkan dari desa juga sudah di buatkan pengantar surat keterangan miskin, tapi ketika di dinkes malah di jawab kasub yankes, itu bukan urusan kami. Saya malah jadi berfikir, kok kaya begitu kerjaan orang dinkes?. Kalau sudah tidak mau mengurusi, kenapa masih mau di gaji dari negara???

Negara ini terlalu banyak ngeluarkan gaji yang tidak berguna, hanya untuk menggaji orang-orang malas. Jika negara tegas, berlakukan kebijakan seperti peraturan di perusahaan. Kerja 42 jam/minggu, jika bolos 3 hari PHK atau yang paling ringan gaji potong jika tidak masuk kerja. Jika ada PNS yang protes berarti dia adalah pemalas dan tidak pantas jadi ABDI NEGARA.

Sekarang kita juga merasa terbebani, pajak dinaikan, kita beli apapun pasti kena pajak. Pengalaman saya kerja di pabrik, saat barang keluar dari pabrik harganya murah. Tapi setelah sampai di tangan kostumer akhir, harga bisa 2x lipat lebih, karena 1 barang bisa terkena pajak berkali-kali. Bagaimana tidak berkali ???, ketika barang keluar dari produsen, masuk ke sole agen dari sole agen ke sub agen dari sub agen masuk ke retailer dari retailer baru sampai ke tangan kita, dan setiap masuk ke sub-sub distribusi tersebut barang di kenai pajak. Hal yang sangat menyakitkan ketika kita tahu bahwa pajak itu di gunakan untuk membayar pemalas termasuk anggota DPR/D yang sukanya plesiran.Saat bencana seperti sekaran saja malah jalan-jalan ke Yunani-Turki, hanya untuk nyontek bikin UU. Dasar negara para penyontek, sampai-sampai ada kasus pelaku akademik juga memplagiat karya orang.

Apalagi sekarang, hampir setiap tahun ada penerimaan PNS. Yang ada saja tidak efektif, kenapa masih nambah-nambah lagi????????????.

Penyakit utama kebanyakan PNS adalah berangkat telat pulang cepat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline