Tidak banyak yang tahu bahwa Pasir adalah hasil dari kegiatan penambangan. Hal ini bisa dimaklumi karena beberapa hal Pasir merupakan hal yang banyak dijumpai di sekeliling lingkungan tempat tinggal kita. Selain itu nilai ekonomis Pasir juga tidak setinggi dengan hasil tambang golongan A (yang disebut sebagai bahan strategis) seperti: minyak, uranium dan plutonium atau hasil tambang golongan B (bahan vital) seperti: emas, perak, besi dan tembaga. Meski begitu keberadaan sirtu juga tidak bisa dipandang sebelah mata. Hampir seluruh infrasturktur dan bangunan fisik modern menggunakan Pasir.
Pasir sendiri tergolong dalam bahan galian gilongan C (bahan tidak strategis dan tidak vital) yaitu bahan yang tidak dianggap langsung mempengaruhi hayat hidup orang banyak. Di wilayah Indonesia keberadaannya cukup melimpah. Banyaknya gunung api yang tersebar di wilayah Indonesia menjadi faktor utama keberadaan Pasir. Semua aktivitas vulkanik menghasilkan Pasir dan tidak terkecuali denga Gunung Merapi di Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Pasir memang tanpa harus melalui pengolahan yang rumit untuk bisa digunakan. Terbentuk kemudian dapat langsung dimanfaatkan oleh semua orang. Keberadaan Pasir dapat memberikan kehidupan dari hulu sampai hilir. Di hulu terdiri dari para penambang Pasir yang menjadi mata-pencarian kebanyakan penduduk yang tinggal di lereng Merapi. Di hilir adalah para konsumen Pasir yang akan membangun untuk hunian pribadi dan gedung milik swasta atau infrastruktur milik pemerintah. Dan tentu saja diantara hulu dan hilir ada penghubung yang juga mengambil penghidupan dari Pasir.
Di Indonesia penggunaan akan Pasir dapat diukur dengan konsumsi semen. Tercatat pada tahun 2012 konsumsi pasar domestik semen diperkirakan mencapai 52 juta ton lebih (sumber). Dari sini kita memperhitungkan perkiraan Pasir dengan campuran semen pasir yang paling besar 1 ; 3 (1 semen dan 3 pasir). Sehingga di tahun 2012 diperkirakan kebutuhan sirtu paling sedikit adalah 3 kali kebutuhan semen yaitu 156 juta ton. Belum jika perbandingan semen pasir yang kecil seperti untuk acian/ plester tembok 1 : 6. Tentu akan lebih banyak lagi (sumber)
Erupsi Merapi
Selain semen, Pasir juga merupakan bahan bangunan yang pokok. Keberadaan Pasir Merapi berawal dari erupsi Gunung Merapi. Erupsi yaitu aktivitas magma dari dalam bumi yang bergerak keluar yang kemudian terakumulasi membentuk kubah lava. Kubah lava yang secara intensif terus berkembang seiring dengan aktifitas erupsi yang juga berintensitas tinggi. Perkembangan kubah lava ini sering melampaui ambang batas sehingga runtuh oleh grafitasi yang kemudian dikenal dengan awan panas guguran. Disampin itu awan panas bisa terjadi karena proses desakan magma dari bawah yang dikenal dengan awan panas letusan.
Awan panas tersebut membawa material dari ukuran abu, pasir, kerikil, kerakal sampai bongkahan. Awan panas meluncur ke bawah dengan kecepatan 100 km/ jam dengan suhu 500-6000C. Material awan panas turun melalui lereng atau mengikuti lembah-lembah yang menjadi hulu dari sungai-sungai di bawahnya. Jarak jangkauan bisa mencapai 10-20 km tergantung dari besar kecilnya letusan dan material guguran. Hasil awan panas itu kemudian mengendap dan menghasilkan endapan awan panas di lereng (belum jauh tertransport dari pusat erupsi)
Gunung Merapi dikenal sebagai gunung yang sangat aktif. Karena keaktifannya ini material yang dihasilkan juga sangat banyak. Tercatat pada erupsi tahun 2010, Merapi bisa mengeluarkan material 11 juta meter kubik. Dan jumlah itu bisa terus bertambah karena Merapi sampai sekarang masih beraktivitas tinggi. Inilah yang menjadi sebab bagaimana Pasir Merapi banyak diminati sebagai bahan bangunan. Karena seringnya proses produksi sehingga pelapukan material yang terjadi juga belum terlalu lama dan dalam. Disamping itu ketersediaan material yang tentu lebih melimpah dan banyak, mampu memenuhi permintaan dalam jumlah yang besarmeski dalam level mega proyek sekalipun.
Perjalanan Pasir Merapi
Dari endapan awan panas di atas, perjalanan Pasir Merapi untuk menopang kehidupan manusia dimulai. Endapan material awan panas yang terbentuk kemudian terbawa hujan melalui sungai-sungai yang berhulu di lereng Merapi. Endapan yang terbawa air hujan ini kita kenal dengan Lahar (debris flow) dan menghasilkan endapan lahar. Dari sinilah aktivitas penambangan Pasir Merapi ini berlangsung.
Dari penambangan baik tradisional maupun yang menggunakan alat berat berlangsung di sungai-sungai ini (Daerah Aliran Sungai). Rata-rata para penduduk di Lereng Merapi memang mempunyai mata pencaharian sebagai penambang Pasir. Matrial Pasir yang mengisi sungai dikeruk dan diambil, dikumpulkan. Begitu terkumpul dalam jumlah tertentu dengan sendirinya akan diambil oleh truk-truk yang siap mensuplai ke proyek-proyek bangunan atau pedagang material ke berbagai kota.