Memang tidak ada larangan untuk berpoligami. Tapi kalau tidak dapat berlaku adil maka jatuhkan pada satu pilihan saja. Begitulah agama mengajarkan kepada kita. Adil itu berat. Kalau tidak mampu jangan dipaksakan kalau hanya akan merusak diri sendiri.
Seminggu terakhir ini, beranda Facebook saya dipenuhi dengan postingan guru yang berpoligami. Apa alasan mereka berpoligami? Hanya mereka yang mampu menjawab. Jika hanya berpoligami hanya untuk mencari kepuasan, kepentingan pribadi, maka berhentilah. Jika "berpoligami" dengan alasan yang lebih "tua" sudah tidak cantik lagi, maka percantiklah, dan jangan diduakan. Harusnya yang "tua" dirawat dengan penuh kasih sayang agar tetap selalu berjiwa muda.
Jika alasan karena ia hanya merengek soal kesejahteraan, ya penuhilah kesejahteraannya. Kalau ia sejahtera dan bahagia maka kebahagiaan milik semua keluarga. Jangan benamkan dirimu dengan beribu alasan yang pongah. Padahal ternyata tersembunyi di hati kecilmu bahwa alasan berpoligami hanya untuk memenuhi syahwat pribadimu saja. Hati kecil tidak pernah berbohong!
Jadi, rawatlah dia. Bangkitkan dengan penuh semangat agar dirinya terus tegak dan kokoh memberikan kasih sayangnya kepada semua keluarga. Kalau alasan karena ia selalu meminta uang bulanan lebih, bukankah kewajibanmu menghidupinya? Apakah yang muda tidak perlu dinafkahi? Emangnya mau "makan" apa dia?
Jadi bagi guru yang berpoligami organisasi profesi, segeralah menjatuhkan pilihan pada salah satu saja. Rawatlah dengan sekuat tenaga dan sepenuh jiwa. Tapi kalau saya sih dari dulu anti berpoligami orprof dan hanya menjatuhkan pilihan hanya pada PGRI. PGRI lah yang harus kita rawat, jaga, dan besarkan bersama. Tidak akan bisa ke lain hati.
Bogor, 15 Agustus 2018
Catur Nurrochman Oktavian
Sekum AGP PGRI
Ketua IGP PGRI Kab. Bogor
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H