Mikhail Nekhemievich Tal (9 November 1936 -- 28 Juni, 1992) adalah juara dunia kedelapan yang berasal dari Latvia. Orang-orang menjulukinya sebagai sang penyihir.
Tal dilahirkan di Riga dalam sebuah keluarga Yahudi. Dia belajar membaca pada usia tiga tahun dan pada usia 15 tahun diizinkan untuk memasuki universitas.
Dia belajar catur pada usia 8 tahun ketika menonton ayahnya bermain. Sesudah itu dia bergabung dengan klub catur Riga Palace of Young Pioneers. Semula permainannya biasa saja namun dia bekerja keras mengembangkan kemampuannya.
Pada tahun 1949 Alexander Koblents menjadi mentornya. Setelah itu permainan Tal berkembang pesat. Pada tahun 1951 dia lolos kualifikasi kejuaraan nasional Latvia. Pada tahun 1953 dia menjadi juara Latvia dan mendapatkan gelar Kandidat Master.
Dia menjadi Master pada tahun 1954 setelah mengalahkan Vladimir Saigin di pertandingan kualifikasi. Di tahun yang sama dia juga membukukan kemenangan pertamanya atas seorang grandmaster setelah mengalahkan Yuri Averbakh.
Sampai hari ini Tal masih dianggap sebagai pemain tactical paling jenius yang pernah dilahirkan. Sebagai pecatur bertipe intuitive, dia memiliki naluri alami dalam menyerang -- Sebuah kekuatan yang menjadi faktor penting dalam kemenangannya atas Mikhail Botvinnik pada tahun 1960 di usia 24 tahun.
Tal memperkenalkan pendekatan intuitive dalam dunia catur di era dimana mayoritas grandmaster menggunakan pendekatan ilmiah sebagai dasar kalkulasi dan analisa mereka. Gaya permainannya ini tentu saja mendapat kritikan tajam dari para grandmaster, salah satunya adalah Vassily Smyslov, yang menyebut permainanya tidak lebih dari sebuah trik.
Tal sangat suka mengambil resiko. Dia sering melakukan pengorbanan hanya berdasarkan intuisi. Karena permainannya yang penuh imajinasi dan di luar textbook membuat langkah-langkahnya sulit ditebak.
Meski setelah melakukan penelitian mendalam dan menemukan ternyata banyak dari pengorbanannya keliru, namun di atas papan masalah yang diciptakannya tidak mudah untuk diselesaikan. Dan ini membuat banyak orang kagum dengannya. Tal selalu menjadi favorit penonton.
Dominasinya atas Bobby Fischer di awal-awal karir sang dewa membuat bintangnya bersinar terang. Namun Botvinnik yang dikalahkan setahun sebelumnya kembali lagi dan memaksa Tal kehilangan gelarnya. Kekalahan Tal dari Botvinnik dalam pertandingan rematch mereka di tahun 1961 tersebut, menurut beberapa pihak lebih disebabkan oleh kondisi Tal yang sedang sakit namun tetap memaksakan diri untuk bertanding. Beberapa yang lain bahkan menyesali Botvinnik karena menolak menunda pertandingan tersebut.
Karir cemerlang Tal memang sering terganggu oleh masalah kesehatan yang sudah menghantuinya sejak masa kanak-kanak. Hal ini juga diperparah oleh gaya hidupnya yang suka mabuk-mabukan, merokok dan pesta pora.