Lihat ke Halaman Asli

Ulasan Tokoh Bumi Manusia

Diperbarui: 1 April 2017   09:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Saya mengulas beberapa tokoh dari buku yang berjudul “Bumi Manusia” karangan Pramoedya Ananta Toer. Buku ini menceritakan tentang cikal bakal nasionalisme di Indonesia pada abad ke-20 pada saat zaman Belanda. Saya tertarik dengan tokoh utama bernama Minke, Robert Suurhof, dan keluarga Mellema yang merupakan pernikahan antara orang Belanda (Herman Mellema) dengan orang Pribumi (Nyai Ontosoroh). Karena menikah campuran maka anak ini disebut sebagai anak peranakan.

Mereka memiliki anak yang bernama Robert Mellema dan Annelies Mellema. Keluarga ini memiliki perusahaan pertanian sebesar 180 hektar, yang dikelola oleh Nyai Ontosoroh dengan anaknnya Annelies. Perusahaan yang awalnya kecil lama-lama menjadi besar dan sukses. Perusahaan ini berdiri di kota Wonokromo, Surabaya. Perusahaan ini juga memiliki seorang tukang pukul bernama Darsam, yang mengabdi pada Nyai Ontosoroh.

Minke adalah seorang pribumi, dengan etnis jawa dan beragama islam. Dia lupa dengan nama aslinya sendiri, yang ternyata dia adalah seorang anak raden yang akhirnya tidak diakui akibat kesalahan yang fatal. Dia memiliki sifat yang baik hati, rendah hati, pantang menyerah, pekerja keras, nasionalisme dan penyabar. Kelebihannya lagi, dia berpendidikan pengetahuan Eropa, memiliki pengetahuan umum yang luas dan bersekolah di HBS. 

Dia sangat menyukai dunia percetakan terutama Zincografi, sedangkan potret yang paling dikaguminya Sassus (Seorang dara, cantik, kaya, berkuasa, gilang gemilang, seorang pribadi yang memiliki segalanya, kekasih para dewa). Dia juga suka menulis iklan dan artikel pendek untuk Koran Lelang. Karena gurunya, Magda Peters, dia juga tidak mempercayai Astrologi yang menurutnya hanya sebuah omong kosong, karena tidak pernah menjadi petunjuk untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. 

Sehingga dia lebih percaya kepada ilmu pengetahuan, karena memiliki kepastian. Dia menjual perabotan rumah tangga, terutama mebel untuk kelas atas dan mencari order lukisan potret. Dapat dilihat dia memiliki nasionalisme yang tinggi ketika dia dikucilkan oleh Amanda dan saudaranya, dia marah karena dihina bahwa dia orang pribumi. Dia menyukai Annelies Mellema dan memanggil Nyai Ontosoroh dengan sebutan “Mama”. Nyai Ontosoroh memberikannya bendi dan kuda, untuk dapat pulang-pergi sendiri.

Minke memiliki nama samaran untuk artikel pendek “Max Tollenaar” di Koran S.N. v/d D. Pantang menyerah dan kesabarannya diuji ketika terjadi kematian Herman Mellema, keluarganya dicercah oleh Robert Suurhof di artikel sebuah koran. Konflik ini menyebabkan Minke dikeluarkan dari sekolah HBS. Koran milik orang Eropa-pun membela Minke adalah Kommers. Kemudian Minke juga menerbitkan tulisan “Totok, Indo, dan Pribumi.”. 

Akhirnya membuahkan hasil, sepuluh hari kemudian dia diterima kembali menjadi murid HBS setelah dibantu oleh dua orang sarjana dan tuan assiten residen protes. Dengan syarat dia harus menikah dengan Annelies setelah lulus dari HBS. Cobaan tidak berhenti sampai disitu saja, sampai suatu hari Annelies harus pergi ke Belanda sebagai anak perwalian akibat perusahaan pertaniannya sudah jatuh ke tangan Maurist Mellema. Yang akhirnya Minke ditinggal pergi oleh Annelies dan katanya tidak akan pernah untuk kembali ke rumah.

Kemudian tokoh Nyai Ontosoroh bukanlah nama asli. Nama aslinya ialah Sanikem. Kakak laki-lakinya bernama Paiman. Sedangkan ayahnya bernama Sastrotomo yang artinya juru tulis yang utama. Ayahnya ingin menjadi juru bayar atau kasir, yaitu suatu jabatan yang dapat mengangkat derajat keluarga besarnya dengan cara menyogok Herman Mellema. Sampai suatu hari Herman Mellema datang untuk berkunjung ke rumah Sanikem.

Tiga hari kemudian ayahnya menyuruh dia untuk berkemas memakai koper ibunya dan tidak akan kembali lagi ke rumahnya. Sanikem dan orang tuanya tiba di rumah Herman Mellema, dan ayahnya menerima satu amplop dan selembar surat. Sejak itu dia menjadi gundik dari Herman Mellema dan lebih dikenal sebagai Nyai Ontosoroh. Dia adalah orang yang pandai, baik hati, menawan dan mudah menggenggam hati orang, pandai berbahasa Belanda serta bertingkah laku layaknya orang Eropa. 

Dia bekerja sebagai pekerja kantor di perusahaan tersebut dan berbagi tugas dengan anaknya Annelies. Dibawah pimpinan Nyai Ontosoroh perusahaan ini-pun menjadi maju, bertransaksi dengan orang Belanda dan orang pribumi yang menjadi pekerjanya. Kebaikan hatinya dapat dilihat dari saat dia menolong Darsam orang Madura yang babak belur akibat dipukuli. Baiklah kita untuk mengikuti kebaikan Nyai Ontosoroh yang menolong orang yang sedang kesusahan, tanpa mengharapkan imbalan. 

Sejak saat itulah dia bekerja sebagai tukang pukul di perusahaan pertanian Mellema. Karena hutang budi dia menjadi sangat setia kepada Nyai Ontosoroh dan Annelies Mellema. Darsam-pun akhirnya juga setia kepada Minke, karena Nyai Ontosoroh percaya kepadanya. Bisa dilihat betapa dia sangat setia kepada Nyai Ontosoroh dan Annelies, ketika Annelies ingin dibawa pergi ke Belanda. Sikap yang kita dapat tiru dari Darsam adalah kita harus setia kepada atasan kita, dan tidak harus disuruh-suruh dahulu baru menjalankan suatu tugas. Dan juga kita harus memiliki inisiatif sendiri, seperti membuat suatu yang kreatif untuk memajukan Negara kita. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline