Lihat ke Halaman Asli

Membedah Katalisator Tingkat Kenyinyiran

Diperbarui: 24 Juli 2019   20:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: tribunnews.com

Lebih menyenangkan mendengarkan radio rusak ketimbang suara orang (terutama emak-emak) yang nyinyir. Karena itu dalam Amsal, Salomo menuliskan kalimat "Lebih baik tinggal pada sudut sotoh rumah daripada diam serumah dengan perempuan yang suka bertengkar".

Entah karena pengalaman pribadi (mengingat dia memiliki 'istri' seribu orang), tapi yang jelas raja yang terkenal dengan kekayaan dan kebijaksanaannya ini pun memilih "tidur di teras" daripada harus mendengarkan ocehan perempuan tukang nyinyir.

Kaum perempuan memang sepertinya dianugerahi bakat khusus dalam berkata-kata. Jika digunakan dengan benar, sesungguhnya dapat membawa kebaikan.

Misalnya jika digunakan untuk memilih kata yang tepat untuk mengajarkan sesuatu kepada anak. Atau dipakai untuk memberikan semangat kepada orang lain lewat kata-kata penghiburan. Tapi bagaimana jika ternyata bakat itu malah dipergunakan untuk nyinyir? Wah, bahkan Salomo pun pengen mengungsi dari rumah.

Memang tidak semua perempuan suka nyinyir. Ada yang bahkan bertindak sama seperti Salomo (mewakili kaum lelaki) dengan sebisa mungkin kabur dari segala bentuk kenyinyiran.

Lalu kenapa bisa demikian? Ada yang suka sekali nyinyir, namun ada pula yang tidak. Pasti ada hal-hal yang menjadi penyebab mengapa tingkat kenyinyiran orang berbeda-beda.

Katalisator diartikan sebagai seseorang atau sesuatu yang menyebabkan terjadinya perubahan dan menimbulkan kejadian baru atau mempercepat suatu peristiwa. Ya kalau kita sederhanakan dengan meminjam bahasa asing, bisa disebut dengan "trigger".

Sama seperti makna aslinya, trigger yang berarti "pelatuk" adalah pemicu yang dapat membuat peluru menyembur seketika. Walaupun kecil, pelatuk tersebut bisa menyebabkan sesuatu yang besar.

Demikian pula dengan pemicu-pemicu yang menyebabkan tingkat kenyinyiran seseorang menjadi sekeras suara tembakan, dan setajam tusukan peluru. Kira-kira apa ya? Coba kita cari tau.

1. Perasaan terancam
Siapa yang menyangka bahwa nyinyir juga adalah bentuk dari mekanisme pertahanan diri. Ketika seseorang merasa eksistensinya terancam dengan hadirnya orang lain, maka nyinyir pun menjadi pilihan.

Berbeda bentuknya dengan kebanyakan laki-laki yang memilih jalur adu fisik yang memang menjadi kekuatan mereka, perempuan pun menggunakan kekuatan yang dimiliki. Yaitu berkata-kata, alias nyinyir.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline