Saat seorang mahasiswa lulus kuliah dan resmi menjadi seorang pencari kerja berlabel "fresh graduate", hal yang paling sering dicari umumnya adalah lowongan pekerjaan. Setelah resmi menjadi "pengangguran", tekanan untuk segera memanfaatkan ijazah untuk memperoleh penghasilan tetap adalah alasan untuk mengubek-ubek semua informasi mengenai lowongan kerja.
Setelah menemukan yang menarik atau kira-kira cocok, para pencari kerja akan mulai mencermati kriteria yang dibutuhkan dalam informasi lowongan kerja tersebut. Informasi awal biasanya mencakup pendidikan minimal, jurusan studi, usia maksimal, dan pengalaman kerja.
Bagi yang baru lulus, tentu saja kriteria pengalaman kerja membuat pilihan lowongan menjadi lebih terbatas. Selain itu biasanya dari segi imbalan, para fresh graduate juga belum memiliki posisi tawar yang tinggi. Tapi tidak masalah, karena bagi seorang fresh graduate, yang penting segera mendapatkan pekerjaan, urusan gaji bukan pertimbangan utama.
Baca Juga: Fresh Graduate Susah Dapat Kerja? Ini yang Bisa Diupayakan
Setelah kriteria-kriteria teknis tersebut, syarat lainnya yang biasanya dicantumkan dalam lowongan pekerjaan adalah mampu bekerja dalam tekanan, alias target. Yang dimaksud dengan target disini biasanya ada dua jenis. Target yang pertama adalah tenggat waktu penyelesaian pekerjaan (deadline), dan yang kedua target pencapaian hasil berupa pendapatan (biasanya target penjualan).
Berbicara mengenai target, ada jenis pekerjaan yang hanya dituntut untuk memenuhi salah satu saja dari kedua target tersebut. Misalnya pekerjaan di bidang administrasi seperti akuntan, hanya dituntut untuk dapat menyelesaikan laporan keuangan sesuai dengan batas waktu yang ditetapkan (akhir bulan, akhir tahun, dsb). Kalaupun ada target pencapaian hasil, biasanya hanya berupa kualitas laporan, bukan berupa nominal uang.
Sebaliknya, ada pula jenis pekerjaan yang ditarget untuk mendapatkan hasil dengan nominal tertentu, seperti bagian penjualan. Jenis pekerjaan ini biasanya menghadapi dua target sekaligus, yaitu dituntut untuk menghasilkan pendapatan dengan nominal tertentu sesuai dengan tenggat waktu yang ditetapkan oleh pemberi kerja.
Nah, yang jadi pertanyaan, apakah bekerja dengan target merupakan sesuatu yang dapat memotivasi pekerja untuk berkinerja lebih baik? Atau malah sebaliknya, hal itu malah menjadi tekanan yang dapat berujung pada demotivasi? Kita pasti sudah tahu bahwa setiap orang memiliki kepribadian dan kapasitas yang berbeda-beda.
Ada orang yang memang senang bekerja dengan target. Orang seperti ini justru akan bersemangat karena merasa tertantang untuk memenuhi target. Apabila didukung oleh kemampuan komunikasi yang baik, orang seperti ini biasanya sukses bekerja di bagian penjualan. Atau mungkin justru melirik bisnis MLM, yang memang sarat dengan pencapaian target dan berjenjang-jenjang.
Bagaimana dengan saya, atau mungkin orang-orang lain yang seperti saya? Saya adalah tipe orang yang kurang suka bekerja dengan target. Mungkin hal tersebut disebabkan oleh karakter saya yang cenderung moody dan mudah bosan. Target bagi saya seperti sesuatu yang mematikan kesenangan dalam bekerja.
Ya jika mau memaksakan sih bisa saja, karena saya memang sudah terbiasa untuk bekerja untuk memenuhi tenggat waktu, walaupun saya yakin tidak akan pernah bisa bekerja dengan target penjualan. Tapi rasanya hasilnya tidak semaksimal ketika saya melakukan sesuatu saat pikiran dan hati saya sedang penuh ide yang timbulnya sewaktu-waktu, tidak sinkron dengan deadline yang ada.