Kemarin saat membuka salah satu akun media sosial, saya melihat satu foto yang membuat saya terpesona. Foto presiden kita, Bapak Jokowi yang tampak sedang menyuapkan es krim kepada cucunya Jan Ethes. Foto itu memang sederhana, sesederhana penampilan sang Presiden. Namun justru disitulah letak keistimewaannya. Momen di foto itu tampak begitu alami, seakan bercerita bahwa Presiden pun sejatinya hanyalah orang biasa.
Kita memang telah mengenal Jokowi sebagai pribadi yang sederhana dan juga dekat dengan keluarga. Hal itu tampak dalam banyak pemberitaan tentangnya di media massa. Sebelum ini, saya juga pernah jatuh cinta dengan salah satu foto yang menunjukkan Jokowi yang menggenggam erat tangan ibu Iriana sambil memayunginya. Saya saat itu bergabung dengan jutaan netizen wanita lainnya yang baper berat melihat foto itu. Rasanya iri sekali dengan ibu Iriana yang benar-benar menjadi First Lady, tidak hanya secara jabatan, tetapi juga di hati suaminya.
Saya ternyata orang yang suka iri hati, karena melihat foto Jokowi menyuapi Jan Ethes pun saya iri juga. Saya iri kepada Ethes. Saya ingin disuapin juga. Hehe.
Saya akan minta es krim seember penuh, biar momen disuapin-nya lebih lama. Jadi saya bisa ngobrol panjang dengan Pak Jokowi.
Saya memang suka sekali menyaksikan kedekatan seorang bapak atau kakek dengan keluarganya. Entah kenapa manis sekali kelihatannya. Mungkin itu disebabkan karena memang saya telah kehilangan sosok ayah sejak kecil. Jadi entah karena rindu dengan ayah, atau memang saya aja yang orangnya baperan.
Tapi agaknya saya bisa mengerti mengapa foto sederhana itu bisa viral. Seperti saya yang tak ingin baper sendirian, langsung mengirim foto itu ke suami dengan caption "How cute...", lengkap dengan emoji bergambar hati. Melihatnya kita merasa 'dekat' dengan Presiden. Karena ternyata dia sama dengan saya, dengan ayah saya, suami saya, atau kakek saya. Dia hanyalah orang biasa yang tak mampu menyembunyikan rasa cintanya kepada keluarga, kepada cucu pertamanya yang menggemaskan.
Sang fotografer memang pintar sekali menangkap momen. Foto yang bagus adalah foto yang mampu 'bercerita'. Dan inilah salah satunya. Dibandingkan semua teknik fotografi yang rumit-rumit, atau peralatan yang mahal, tidak ada yang dapat mengalahkan momen yang tepat. Begitulah yang pernah disampaikan oleh seorang fotografer profesional yang menjadi mentor saya dalam suatu pelatihan fotografi. Kali ini kita sepertinya juga harus berterima kasih kepada sang fotografer.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H