Lihat ke Halaman Asli

Potensi adalah Benih, Tumbuh Saat Terkubur

Diperbarui: 16 Juni 2019   19:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

thegardeningchick.info

Saya adalah orang yang sangat percaya bahwa tidak ada orang yang bodoh di dunia ini. Saya kerap berpikir, saat seseorang dinilai bodoh atau tidak kompeten, yang salah hanyalah sudut pandang si penilai. Kalau kita mengamati perkembangan seorang anak, maka kita akan mendapati bahwa setiap anak memiliki keunikan sendiri. 

Mereka memiliki potensi yang telah dibawa saat mereka lahir (nature), yang akan berkembang apabila didukung oleh lingkungan dan pola asuh yang baik (nurture).

Kemarin saya berkesempatan untuk berbincang dengan guru anak saya saat mengambil rapor. Anak saya yang baru berumur 3,5 tahun itu memang telah menyelesaikan tahun pertamanya di sekolah. Sebentar lagi dia akan naik tingkat menjadi anak playgroup (kelompok anak kecil yang kerjaannya bermain). 

Dari perbincangan saya dengan gurunya, kami sepakat bahwa anak saya bakatnya adalah menyanyi. Dia lebih mudah belajar lewat nyanyian. Sedangkan kalau soal menggambar atau mewarnai, sepertinya dia kurang berminat. Dari rangkuman hasta karya nya selama setahun yang diperlihatkan pada saya, kelihatan sekali dia malas-malasan bila disuruh untuk mewarnai gambar. Hasilnya ala kadarnya sekali, bila tidak mau dibilang jelek.

Apakah kemudian saya berpikir bahwa anak saya bodoh, hanya karena dia kurang dalam hal menggambar? Konyol sekali saya apabila berpikir demikian. Tugas saya adalah menemukan potensi yang ada dalam dirinya, dan membantunya untuk mengembangkan potensi itu. Karena itulah saya sering mengajarkan sesuatu kepadanya sambil bernyanyi. 

Bila perlu saat mendongeng sebelum tidur pun, akan saya selipkan berbagai nyanyian di dalamnya. Terbukti, dia saat ini sudah menguasai banyak nyanyian yang menurut saya nadanya cukup rumit untuk dinyanyikan. Dan hebatnya belum pernah sekalipun saya mendengar suaranya fals.

Beberapa kali dalam pekerjaan, saya menemui orang-orang yang dengan mudahnya menilai kapasitas orang lain. Sebutan tidak kompeten atau kurang berkembang kerap disematkan kepada orang-orang yang kurang piawai dalam satu bidang. Menurut saya, hal itu justru menunjukkan sempitnya cara berpikir orang tersebut. 

Bila kita mau sedikit mengeluarkan 'effort' untuk mengulik lebih dalam tentang seseorang, kita pasti dapat menemui hal-hal 'extraordinary' yang ada dalam dirinya. Yang mungkin sulit untuk kita duplikasi.

Saya mengibaratkan potensi adalah benih. Saat terkubur (atau dipaksa terkubur), justru itulah kesempatan bagi potensi tersebut untuk bertumbuh lebih besar. Jangan pernah matikan potensimu hanya karena 'diinjak' dan 'dikuburkan' oleh penilaian seseorang. Yang diperlukan hanyalah daya juang kita untuk tetap tumbuh walaupun terjebak dalam tanah yang kurang subur atah dipenuhi semak duri. Percayalah bahwa benih yang baik akan bermekaran pada waktunya, bila kita mampu bertahan dan berjuang mencari zat hara yang menyuburkan potensi itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline