Lihat ke Halaman Asli

Simpan Dirimu wahai Wanita

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hati seakan miris mendengar cerita dari salah seorang teman. Kali ini cerita datang dari seorang perempuan kuat dari Kota X. Dia adalah seorang mahasiswa yang juga merangkap sebagai santri di salah satu ponpes di kota tersebut. Sebagai seorang pelajar muda, sudah sewajarnya dia menanam cinta pada salah seorang lelaki yang juga seorang santri di ponpes lain.

Banyak yang mengatakan, mereka sangat serasi, wajahnya hampir mirip, sifat, kepribadian pun juga mirip. Hampir bisa dikatakan jodoh lah ... Kabarnya mereka sudah disetujui oleh kyai di ponpes mereka dan orang tua masing-masing.

Tapi entah berantah, tiba-tiba ibu dari teman perempuan saya mengatakan "emak gak suka sama dia". dan itu berkali-kali beliau ucapkan. seakan-akan beliau meminta mereka untuk putus hubungan.

Ini ujian pertama mereka. Tapi karena kesetiaan dan ketulusan masing-masing, dan dengan tameng dukungan dari kyai mereka, mereka terus melanjutkan hubungan.

Sekitar 2 tahun berjalan, mereka semakin akrab, dekat dan bahkan sangat dekat. Sudah tidak ada rahasia diantara mereka, bagi mereka "saya adalah kamu" dan "kamu adalah saya". Tapi syukurlah dibalik itu, mereka masih punya "sedikit pilar agama" untuk "sedikit" menyelamatkan mereka.

Mengapa saya bilang "sedikit menyelamatkan mereka" ? Karena lambat laun, kemaksiyatan mulai menggoda mereka. mereka semakin banyak bertemu, bahkan melakukan hal-hal yang diambang "perzinaan". Oh Ya Allah ...

Cerita singkatnya, si perempuan setiap harinya selalu merenung. Merenungkan apa yang telah dilakukannya siang tadi bersama sang kekasih. Penyesalan selalu ada, bahkan setiap tahjjud, dia masih selalu berdo'a agar dijauhkan dari segala bentuk maksiyat. Tapi entah ... itulah Iman dan syetan.

Dia selalu bilang "hati saya sakit, saya kecewa dengan apa yang telah saya dan dia lakukan". Saya ingin berhemti . Tapi bagaimana caranya? Apakah Allah masih mau mengampuni dosa-dosa saya? Saya kasihan sama orang tua saya setiap hari dapat dosa dari apa yang saya lakukan bersama kekasih saya"

Mendengar tangisannya setiap dia curhat, saya merasa sakit hati. entah apa yang membuat saya sakit. Ya Allah ... semoga saya dan para pembaca bisa mengambil pelajaran dari apa yang dirasakan oleh teman saya ...

aamiin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline