Sebagai fans/pencinta dunia sepak bola, gue turut berduka cita atas perginya Diego Mendieta (Penyerang Persis Solo). Pemain asal paraguay berumur 32 tahun ini menghebuskan nafas terakhirnya di RSUD Moewardi Solo (Selasa, 4/12/2012 Dini Hari). Diego adalah korban dari buruknya pesepakbola di negeri ini. Menurut beberapa berita, penyakit diego masih belum diketahui. Ini salah satu mencerminkan buruknya dunia sepakbola di Indonesia. Khususnya dalam hal perlindungan para pemain. Sudah beberapa tahun bermain di Indonesia, Diego mengalami beberapa kesulitan. Salah satunya, mendapatkan pengakuan sebagai pemain professional belum didapatkannya. Pada saat sakit pun, Diego masih dalam krisis keuangan alias belum menerima gaji. Diego hanya mengharapkan dari sumbangan para masyarakat solo dan teman-temannya. Sebuah kalimat yang terucap dalam mulut diego yang bikin gue sedih.
"Aku gak minta gaji full, Aku hanya minta tiket pesawat agar bisa ketemu mama dan mati di Negaraku."
Diego meninggalkan satu istri dan 3 anaknya yang berada di Paraguay. Selain kejadian yang menerpa diego, masih ada beberapa pemain asing yang berada di Indonesia yang nasibnya miris. Seperti Bruno Zandonadi (Rekan Diego) yang meninggal akibat kanker otak. Dan ada juga Jorge Paredes yang protes akan gaji hingga dia belum mampu untuk memenuhi biaya istrinya yang terkapar di rumah sakit. Sungguh miris menurut gue, Pemain asing yang justru dikejar-kejar beberapa klub Indonesia agar dapat mengkombinasikan permainan yang kuat, malah berakibatkan ketidakpuasan dan tidak mendapatkan respon professional dari beberapa manajement klub. Seolah-olah pemain Indonesia cuma seperti pemain figuran di dunia entertainment. Bahkan dibawah PNS.
Buruknya Pesepakbolaan di Indonesia
Klo ngomongin soal keburukan kinerja asosiasi / Lembaga Pesepakbolaan di Indonesia gak ada henti2nya dibandingkan membicarakan prestasi yang justru didapat timnas / klub. Ada beberapa keburukan menurut gue: 1. Pemain yang tidak terjamin hidupnya Banyak atlit-atlit sepakbola yang tidak terjamin hidupnya. Bahkan yang udah punya nama dan mempunyai kemampuan yang baik dalam bermain. Salah satu nama pemain legenda terbaik di era 50an Andi Ramang. Nama Ramang pun seakan tenggelam dan jika kita ketahui, Ramang dijluki sebagai Pele nya Indonesia. Sekitar tahun 60an, Ramang pun menggelepar seperti ikan yang berada di daratan. Hidupnya luntang lantung dan meninggal dunia di tahun 26 september 1987 dengan kasus biaya ke rumah sakit tidak cukup dan meninggal di rumahnya sendiri. 2. Fasilitas tidak memadai Setiap gue nonton ISL, Satu kata yang gue pikirkan untuk stadion di Indonesia adalah "Lumpur". Akibat dari mengapa pemain-pemain Indonesia tidak dilirik orang luar karena stadion Indonesia yang sebagian besar bobrok. Klo stadion Indonesia terus begini-begini saja, bagaimana para pencari bakat klub-klub bergengsi mau mencari bibit untuk pemain mereka? Ke Stadion aja mereka harus mengalami ketidaknyamanan. Bagaimana mau menghasilkan pendidikan kepelatihan yang baik klo mereka terus-terusan berlari di Area berlumpur yang justru memberatkan kaki mereka. 3. Keamanan kurang intens Keamanan sangat diperlukan untuk menjaga setiap pertandingan dan kesehatan para pemain. Bisa kita lihat cerminan sepak bola kita yang sangat ngefans dengan wasit (Ngejar2 wasit dilapangan), Emosional para penonton distadion jika tim kesayangannya kalah, dan keamanan para pemain yang sempat diperlakukan semena-mena oleh para penonton yg gak bertanggung jawab. 4. Kurangnya Dukungan dan Apresiasi /Kesejahteraan Pemain Dukungan dan Apresiasi juga sangat membantu para pemain untuk bersemangat bertanding. Dukungan bisa berupa Dana, Gaji yang sesuai dengan kualitas pemain, dll. Pendapat dari masyarakat juga bisa membantu agar lembaga bisa membangun persatuan sepak bola Indonesia dengan baik. Sebaliknya Lembaga juga peduli memperhatikan masyarakat / Pecinta Sepak Bola agar saling bekerja sama dalam membangun kinerja dengan maksimal. 5. Perseteruan Antar Lembaga PSSI bisa dikatakan sekarang ini lagi krisis. Dimana perseteruan antara KPSI dan PSSI masih berlanjut hingga saat ini. Masalah terus menjadi pembahasan, sedangkan nasib para pemain sendiri tidak dipedulikan. Banyak klub-klub yang terlantar akibat liga-liga yang semakin gak jelas satu sama lainnya. Yang mana yang resmi, yang mana yang tidak. Maaf, disini gue gak bisa nyebutin sisi bagusnya (Sisi Positif) Sepakbola Indonesia. Karena menurut gue untuk saat ini masih biasa-biasa saja dan Monoton. Maka dari itu mulai sekarang mari berbenah untuk Sepakbola Indonesia agar semakin go internasional serta klub-Klub Indonesia bisa tampil di ajang bergengsi seperti UCL, Worldcup, dll. Para pemainnya pun ada yang tampil di klub-klub Mau sampe kapan bobroknya Sepak Bola Indonesia? Godbless Diego Mendieta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H