Pagi itu, aku mengayuh sepeda seperti biasanya menuju kampus Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Mengendarai sepeda mungkin terlihat kuno di tengah modernitas zaman. Namun, selalu ada alasan baik untuk mengendarai kendaraan roda dua ini. Selain berolahraga secara gratis, saya juga bisa lebih santai menikmati perjalanan. Aktivitas warga Jogja tampak lebih dinamis jika dilihat sambil mengendarai sepeda.
Rimbunnya pepohonan menjadi penanda tibanya di Fakultas Kehutanan. Waktu itu tidak sengaja memperhatikan spanduk yang dipasang di tempat yang biasa digunakan untuk memasang pengumuman. Spanduk yang warna didominasi oleh warna abu-abu itu mengangkat judul International Workshop on Conservation of Archaeological Waterlogged Wood yang diadakan di UGM, tanggal 19 Januari 2015. Berhubung kuliah S1 saya berhubungan dengan kayu, rasa tertarik tiba-tiba muncul. Rasa penasaran itu membuat saya mencari informasi lebih lanjut tentang acara itu.
Singkat cerita saya bertemu dengan Bapak Dr. Ir. Nugroho Marsoem ketika berpapasan di kampus, Beliau adalah penanggung jawab acara tersebut. Saya mengutarakan keinginan saya untuk ikut acara itu. Alhamdulillah beliau mengizinkan dan meminta saya untuk menghubungi Bu Dr. Denny Irawati di laboratorium beliau. Namun, sebagai konsekuensinya saya harus bertugas di sana dan dilarang mengajak teman lain untuk jadi peserta. Hmm, mungkin karena terbatasnya kuota yang tersedia. Baiklah, saya menyanggupinya. Tugas saya waktu itu adalah sebagai notulen. Walaupun agak sedikit merasa bersalah, karena tidak maksimal dalam menjalankan tugas itu.
Dari beberapa topik yang dibahas dalam workshop tersebut. Ada satu topik dari salah satu pembicara yang menarik perhatian saya. Topik tersebut memang cocok dengan minat saya dan sungguh dari presentasi yang dibawakan oleh pembicara saya mendapat pengetahuan yang benar-benar baru bagi saya. Pembicara tersebut membawakan presentasi tentang "Novel technique for wood identification by means of image recognition". Pembicara berusaha menghadirkan suasana bahwa teknik tersebut mudah dimengerti namun dalam mengerjakan benar-benar harus teliti dan memperhatikan detail yang rumit. Pembicara tersebut bernama Prof. Junji Sugiyama dari Kyoto University.
Metode identifikasi ini dikembangkan sebagai bentuk perhatian terhadap benda-benda bersejarah yang berbahan kayu. Metode baru ini dinilai adalah salah satu metode non-destruktif yang bisa menjadi pilihan untuk dikembangkan dalam mengidentifikasi jenis kayu.
CT-scan yang biasanya digunakan pada dunia medis, ternyata dapat digunakan sebagai alternatif untuk mengidentifikasi jenis kayu. Sayangnya citra gambar yang dihasilkan oleh CT-scan masih memiliki resolusi yang rendah. Oleh karena itu perlu dilakukan prosedur lebih lanjut agar citra tersebut benar-benar bisa digunakan sebagai media untuk identifikasi kayu. Untuk lebih lengkapnya, rekan-rekan bisa menyimak video berikut:
Fisika berkaitan dengan proses pengambilan atau pemindaian citra kayu yang dilakukan dengan menggunakan sinar tertentu. Adapun statistika dan ilmu komputer digunakan untuk mengolah data-data yang diekstrak dari citra kayu, untuk selanjutnya dilakukan pengambilan keputusan ketika proses identifikasi dilakukan. Racikan dari berbagai disiplin ilmu inilah yang akhirnya dapat dikembangkan menjadi metode yang sangat inovatif dalam mengidentifikasi kayu.
Sempat terbersit keinginan jika suatu saat nanti bisa menjadi murid Prof. Junji Sugiyama di Kyoto University. Hmm.. lagi-lagi saya bermimpi. Tetapi, semua capaian besar umat manusia di bumi ini pastilah diawali dari mimpi-mimpi yang kadang dianggap konyol atau bahkan mustahil di masa lalu.
(bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H