Tidak seperti biasanya, warga Gambiran, Kelurahan Pandeyan, Kecamatan Umbulharjo yang berada di bantaran Sungai Gajah Wong mendapat kunjungan dari mahasiswa yang berasal dari berbagai negara. Mahasiswa tersebut ingin melihat ruang terbuka hijau, instalasi pengolahan air limbah, serta energi alternatif biogas yang sudah dikelola dengan cukup baik di sana. Kegiatan kunjungan ini merupakan bagian rangkaian dari Eco-Tropical Summer Program 2013 yang diadakan oleh Kantor Urusan Internasional Universitas Gadjah Mada (KUI UGM).
[caption id="attachment_294087" align="aligncenter" width="491" caption="Bergaya di salah satu ruang terbuka hijau yang berada di bantaran sungai Gajah Wong"][/caption]
[caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="lokasi demplot restorasi di Taman Nasional Gunung Merapi"]
[/caption] Eco-Tropical Summer Program 2013 diadakan pada tanggal 20 Oktober hingga 2 November 2013 dengan mengangkat tema “Yogyakarta: A Town with Ecological Landscape Diversity.” Program ini diikuti oleh 13 orang mahasiswa dari berbagai negara, yaitu Fiji, Polandia, Jerman, Portugal, Amerika Serikat, Korea Selatan, Jepang, dan termasuk juga dari Indonesia. Walaupun memiliki luas yang kecil. Provinsi DI Yogyakarta memiliki ekosistem yang beranekaragam. Mulai dari ekosistem gunung Merapi di bagian utara, ekosistem pantai yang langsung menghadap ke Samudera Hindia, ekosistem karst yang membentang di bagian selatan, hingga ekosistem perkotaan. Menurut salah satu staf KUI UGM Agus Supriyanto, Eco-Tropical Summer Program 2013 dimaksudkan untuk memperkenalkan keanekaragaman ekosistem di Yogyakarta. Kegiatan yang dilaksanakan meliputi kuliah, kunjungan ke lapangan, dan kunjungan wisata. Materi kuliah disampaikan oleh dosen yang telah mumpuni di bidangnya. Untuk memantapkan materi perkuliahan, peserta diajak untuk berkunjung langsung ke lapangan. Peserta diajak berkunjung ke Taman Nasional Gunung Merapi, Museum Gunung Merapi, hutan kota dan pemukiman di sekitar Sungai Gajah Wong, Hutan Pendidikan Wanagama, Museum Karst, air terjun Sri Gethuk yang merupakan bagian dari ekosistem karst, pertanian pantai di Samas, serta Wildlife Rescue Center Yogyakarta. Untuk kunjungan wisata, peserta diajak ke berbagai tempat wisata menarik yang ada di Yogyakarta. Tempat wisata yang dikunjungi antara lain Volcano Tour Merapi di Cangkringan, Museum Ullen Sentalu, desa wisata Pentingsari, Keraton Yogyakarta, Malioboro, Taman Sari, dan Candi Prambanan untuk menyaksikan sendratari Ramayana. Pada akhir kegiatan, peserta diminta untuk mempresentasikan rencana aksi (action plan) terkait ekosistem di Gunung Merapi dan ekosistem perkotaan. Rencana aksi dibuat berdasarkan kuliah, kunjungan lapangan, dan diskusi kelompok. Dalam pembuatan rencana aksi tersebut, peserta mencoba mengidentifikasi permasalahan yang ada. Kemudian peserta memberikan solusi berdasarkan materi yang diberikan dan pengalaman di negara mereka masing-masing. Untuk permasalahan kemacetan misalnya, mereka memberikan masukan agar jam operasi angkatan umum ditambah. Banyak respon positif peserta atas pelaksanaan program ini. Miriama, mahasiswa Fiji, mengatakan bahwa program ini telah membuatnya belajar banyak hal baru dan menarik dari tangan yang berpengalaman di bidangnya. “Aku belajar menjadi pribadi yang semakin open minded dan berprinsip di tengah pergaulan internasional yang memiliki banyak perbedaan antara satu sama lain,” ujar Ari Nova, mahasiswa Indonesia dari Fakultas Geografi UGM. Agus Supriyanto berharap, program ini bisa membuat para mahasiswa bisa mengenal tentang lingkungan, budaya dan masyarakat Yogyakarta dan menyumbangkan gagasan untuk memecahkan permasalahan yang ada. Program ini juga diharapkan dapat menjadikan para mahasiswa asing sebagai duta promosi UGM, Yogyakarta, dan Indonesia di lingkungan global.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H