Ketahuilah, rinduku kini telah beku. Aku melarutkanmu di sepanjang sungai peradaban.
Memecah belah hatiku dan tak pula ingin mempersatukannya lagi.
Kini aku menuju senja, tempat aku berpaling dari segala luka.
Menjemput matahari yang pasti datang sesudah gelap tiba.
Dan aku hanya akan menemukanmu, berungkali, dalam sebuah ingatan tentang segalanya.
Kita pernah serupa cinta, meski kemudian berakhir petaka.
Jangan cintai aku lagi. Meski kini sepi adalah pelabuhan terakhir.
Jangan rindui aku lagi, meski jalan-jalan yang ramai itu tak mampu mengisi hatimu yang telah mati.
Bambang Riyanto
Seoul, 10 Oktober