Lihat ke Halaman Asli

Catarina Tenny Setiastri

Ibu, guru, dan pejalan.

Sebuah 'Hidup' Bagi Seorang Ibu

Diperbarui: 23 Desember 2023   05:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok Pribadi

Pagi ini, ia bangun lebih awal dari alarm pk. 05.00-nya. Ia tak langsung beranjak, ia diam merasakan dirinya, merasakan tarikan dan hembusan nafasnya. Ia diam sambil membayangkan apa yang ia perlu kerjakan dan apa yang benar-benar ia inginkan di hari barunya ini. Yak! setelah beberapa menit, akhirnya senyumnya merekah. Ia tersenyum sendiri dalam rebah sadarnya, lalu duduk bersila untuk menghadap Allahnya; bersyukur dan meminta bantuan untuk memuluskan semua rencananya.

Ia tidak ingat hari ini adalah hari Ibu. Semua yang ia lakukan adalah kebiasaan yang sudah ia lakukan bertahun-tahun, tiap hari tanpa terkecuali dan tanpa berubah. Ia hanya ingin kebiasaan itu menjadi lebih baik dan lebih berkualitas. Seperti pagi ini, ia tersenyum karena akan mencoba hal baru di pagi hari. 

Biasanya setelah bangun tidur, ia hanya melakukan plank selama 1 menit, lalu beranjak ke dapur, menyiapkan makan untuk keluarga. Lalu buru- buru mandi untuk siap-siap kerja. Gambarannya seperti ini: 

- pk 05.00 bangun, kumpulin nyawa, lalu plank, doa, dan pup. 

- pk 05.30 selama sejam nyiapin menu pagi dan siang, sayur, lauk, dan buah. 

- pk 06.30 mandi, make up, makan pagi, memeluk dan mencium suami dan anak yang biasanya masih tertidur. 

- pk 07.00 berangkat kerja.

Itu bagus menurutnya, namun jelas ia merasa ada yang kurang. Ia kerjakan rutinitas itu tiap pagi, lakukan dengan sempurna bahkan hingga ia lupa membawa hasil masakannya karena terburu-buru mengupas mangga, menyiapkan buat anak dan suami. Ia pun merasa ada yang kurang dari rutinitas ini karena nafasnya mudah tersengal dan mudah lelah. Pola ia bekerja di pagi ini juga ia lakukan sepulang ia kerja. Ia bersihkan semuanya, seperti lupa akan lelah bekerjanya. Ia lakukan sendiri tanpa teman, tanpa support, tanpa apreasi dari kedua orang yang ia sayangi. Harus ada yang diperbaiki.

Jadiinilah hal pertama ia lakukan. Ia merumuskan apa sebenarnya tujuan hidupnya, apa tujuan ia berkeluarga, dan apa yang sebenarnya ia inginkan di hidupnya. Dan pagi ini, semua yang ada di kepalanya sejak lama, diruncingkan, dipatok hingga ia tersenyum. Ia akan lakukan apa yang ia inginkan:

- menambahkan 1 aktifitas di pagi hari yang berguna untuk dirinya, yatitu olahraga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline