Lihat ke Halaman Asli

Catarina Tenny Setiastri

Ibu, guru, dan pejalan.

Gn. Merbabu Jalur Suwanting: Aksi Minus dan Efeknya dalam Pendakian

Diperbarui: 6 April 2022   12:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Aktifitas pendakian mulai terasa hambar?

Cobalah melakukannya di gunung yang berbeda, dengan teman seperjalanan yang berbeda. Dijamin, kita akan mendapatkan pengalaman dan cerita unik, yang bahkan ga pernah terbayang sebelumnya. Jika ingin menuangkannya pun, perlu berpuluh-puluh drum, saking banyaknya (baca: yang ini hiperbola ya Geiss, wkwk).
Pilihan kami kali ini adalah Gunung Merbabu jalur Suwanting. Jalur yang katanya begitu indah, namun berat dan terjal dibandingkan dengan jalur lain. Tapi ga sah kan, kalo hanya katanya, harus dibuktikan dengan mengalaminya sendiri, lalu barulah menceritakan dengan versi sendiri. 

Mengawali dengan browsing, menempel print-an jalur pendakian di sebelah tempat tidur biar diliat terus, bertanya tentang jalur Suwating ke temen-temen yang udah kesana, mencari temen jalan, mulai itung pengeluaran untuk kesana, dan latihan di jalur yang mirip dengan Suwanting. Kami memilih latihannya dengan pendakian Gunung Batukatu jalur Pujungan. Nice, right? Aktifitas sebelum pendakian ini begitu mengasikkan. Just like berada di dalam laboratorium, mempersiapkan segala sesuatunya sebelum pergi ke medan perang. Wkwk, dramatis banget ya pake frase "medan perang".

Dok. pribadi

Dan jadilah kami bertujuh dalam satu tim. Lima teman berasal dari Magelang dan Yogyakarta. Kami cukup sering ngobrol di grup whatsapp, tapi  perkenalan ketemu wajah ya pas di basecamp sebelum naik. Agak kaget juga karena pas sampai basecamp, ternyata mereka masih sibuk packing, padahal kami pikir meeting point ini ya sudah siap dan langsung berangkat. Ini kaget number one, pasti akan ada kaget-kaget yang berikutnya, wkwk.

Di sisi lain, karakter jalur ini tidak semengerikan seperti bayangan. Jalur jelas, rambatan akar-akar tidak sebanyak dan separah jalur Pujungan tempat kami latihan. Jalur pun sangat ramai. Ada titik-titik terjal, tapi masih manusiawi. Ada tali untuk membantu. Level medan ini: tiga dari lima, hanya ketidakdisplinan, penyepelean, dan managament yang kurang, membuat yang panorama yang aduhai dan medan yang manusiawi ini menjadi sebuah bencana alam, yang jelas sebenarnya ga perlu terjadi. 

Dok. pribadi

Berikut aksi minus dan efeknya dalam pendakian ini.

1. Ga on time.

Janji ketemu di mepo, ya pasti ketemunya dalam kondisi siap naek. Apalagi di perjanjian sudah dinote: packing masing-masing sebelumnya. Efek: waktu start yang mundur, menjadikan mundurnya waktu sampai di campsite. Jiahh, kami yang dari luar kota, yang ngebayangin sunset-an di atas, pupus melemah.

2. Mikir kemudian. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline