Lihat ke Halaman Asli

[Fiksi Kuliner] Bang Gobang dan Rokayah

Diperbarui: 11 Juni 2016   03:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber: fiksiana comunity"][/caption]

Peserta no 2

Sinar mentari dari ufuk timur sudah mulai meninggi. Wanita muda, cantik berkulit putih dan tubuh sintal seorang janda muda dari tuan demang belanda itu bernama Rokayah. Ia berjalan cepat sambil menggendong bakul berisi pakaian kotor di samping pinggangnya. Menuju kali tidak jauh dari rumahnya. Rupanya Rokayah ingin mencuci pakaian yang sudah beberapa hari menumpuk.

"Mau kemana, Mpok?" tanya wanita paruh baya, kebetulan berpapasan dengannya.

"Eh, ini biasa, mau nyuci!" Rokayah menjawab sambil sunggingkan senyum.

Tampa di sadari Rokayah, sepasang mata lelaki sedang mengawasinya dari balik pohon kelapa. Lelaki itu berpakaian merah dengan ikat pinggang terselip sebilah golok dan lelaki itu mengenakan kopiah berwarna hitam. Kumisnya lebat rapi, perawakannya atletis. Lelaki itu adalah pendekar Betawi yang disegani dan paling dicari oleh Kompeni dan antek-anteknya.

Bang Gobang, Pendekar berjuluk macan betawi itu tersenyum memandang kecantikan Rokayah. Dari balik pohon kelapa dia bergumam, "Gile, kenape aye jadi suka sama Rokayah. Baru pertama kali, aye merasakan ada getar-getar dedemenan pade Rokayah. Apakah ini yang dinamai cinte!"

Rokayah mulai mendekati sisi kali sodong. Dihamparkannya pakaian kotor itu lalu dicelupkan kedalan air kali yang mengalir cukup deras. Dan Rokayah pun mulai menyikat pakaian itu.

Bang Gobang mendekati. Ia menyelinap dari pohon satu ke pohon lainnya untuk memandang kecantikan janda Rokayah lebih dekat lagi. Rupanya Bang Gobang tidak berani menyapa, dia hanya melihat kecantikan Rokayah dari kejauhan.

"Suatu saat, aye akan duduk di samping, Neng Rokayah, he ... he ... he ...." Bang Gobang berhayal.

Sejam sudah Rokayah menyuci di pinggir kali sodong. Sejam pula Bang Gobang memandang keindahan wajah Rokayah meskipun dari kejauhan. Terbesit di dalam hati untuk menyapa dan bisa mengobrol untuk mencurahkan hatinya. "Aye harus nekat mendekati Neng Rokayah!" batinnya sambil mengelus-ngelus kumis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline