Lihat ke Halaman Asli

Adopsi Anakku

Diperbarui: 29 Mei 2016   03:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suasana siang itu terasa panas aku rasakan sebagai supir angktan umum. Rasa gelisah akan sepinya penumpang di hari ini. Aku berusaha bersyukur apa yang aku dapat, meskipun berharap banyak.

Dua kelokan menuju terminal Pasar Anyar aku lalui, yang berarti tidak ada harapan lagi untuk mendapatkan penumpang sedekat itu. Tapi tidak terduga, tampak dari kejauhan seorang wanita dengan perut membesar melambaikan tangannya petanda ia mau naik mobilku. Bersyukurlah aku, akhirnya mendapatkan penumpang meskipun jaraknya dekat dari perbehentian terakhir.

Mengira wanita itu sedang hamil ternyata benar. Ia masih saja memegang perutnya ketika menaiki mobilku. Aku mengira, sudah tujuh bulan kandungan yang ia rasakan. Aku tak berani bertanya ketika ia sudah duduk di sampingku. Rupanya ia ingin duduk di bangku depan dekat supir.

Beberapa meter lagi Pasar Anyar terlihat. Yang berarti, aku harus menge-time untuk menunggu penumpang arah balik. Hiruk pikuk pasar membuat aku pusing dengan rupa keadaan manusia dan karakternya.

Begitupun wanita yang berada di sampingku sebagai penumpang. Ia hanya menoleh berkeliling menyaksikan manusia dengan kesibukan di pasar. Tak ada kata yang keluar dari mulutnya. Begitupun aku, entah mengapa, aku malas menyapa penumpangku, mungkin, karena pusing sepinya penumpang pada tarikan hari ini.

Akhirnya sampai juga di tempat perbehentian terakhir. Aku memakirkan mobil untuk mencari sela agar terlihat oleh calon penumpang yang dari pasar.

Wanita di sampingku masih saja duduk termangu memperhatikan sekeliling pasar. Tampak raut wajahnya yang bingung atau sedang mencari alamat. Akhirya aku membuka suara.

"Mau turun di kana, Bu?" aku bertanya, tapi dia tidak langsung menjawab. Aku coba untuk menegurnya lagi, "Ibu, ini sudah sampai Pasar Anyar, ibu mau turun di mana?!"

Masih saja terdiam, namun hanya beberapa saat, ia pun akhirnya bicara.

"Ini daerah apa namanya?" tiba-tiba ia bertanya seperti itu, berarti dugaanku benar, dia sedang mencari alamat. Aku pun menjawab,

"Ini kota Bogor, Bu. Memangnya Ibu mau kemana dan dari mana?" aku balik bertanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline